Sukses

Universitas di AS Ini Sediakan Musala untuk Mahasiswa Muslim Salat

Kehadiran musala sangat membantu para mahasiswa muslim di universitas di Amerika ini.

Liputan6.com, Washington, D.C - Universitas George Washington di Washington, D.C. merupakan salah satu kampus di Amerika Serikat yang menyediakan musala dan tempat wudu bagi para mahasiswa muslim di sana. Fasilitas yang terletak di gedung pusat kegiatan mahasiswa, Marvin Center itu ternyata sudah didirikan sekitar 15 tahun lalu.

"Tadinya mereka salat di ruangan yang sempit dan berisik, sulit untuk meditasi, khusyuk, dan kontemplasi. Sekaranag musala menjadi tempat ibadah, merenung, mengingat allah belajar, tidur singkat bagi mahasiswa," papar Osama Alsaleh selaku mantan presiden organisasi Muslim Students' Association di universitas George Washington yang dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (8/6/2018).

Kehadiran musala sangat membantu para mahasiswa muslim untuk beribadah, mengingat jadwal aktivitas dan kuliah yang sangat padat di kampus. Mahasiswa S2 jurusan hukum di universitas George Washington asal Indonesia, Meike Rachmanna, mengaku sering menggunakan fasilitas tersebut.

"Pertama cari di Google. Ada tapi enggak jelas. Tapi ketika sudah sampai ke kampus lalu ketemu dan ternyata tempatnya nyaman banget dan sangat memfasilitasi, jadi saya sangat excited. Senang banget," ujar Meike.

Selain bisa beribadah, mahasiswa S2 jurusan kajian islam asal Tulungagung, Indonesia, Halim Miftahul Khoiri, mengaku banyak bertemu teman baru di mushola.

"Musala ini kebetulan tempat favorit Halim di seluruh area George Washington University, karena bisa salat dan bertemu dengan teman-teman komunitas muslim di sini, dari berbagai latar belakang. Di sini juga Halim mendapatkan teman. Sumbernya dari sini."

Memang menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi para mahasiswa muslim ini ketika harus menjalankan salat di tengah-tengah jadwal kuliah.

"Biasanya waktunya harus disesuain, kan kelasnya general nih. Enggak ada aturan Asar, Isa, atau apa-apa pun terserah profesornya. Jadi saya milih mata kuliah yang sesuai waktunya," jelas Meike.

Ketika sedang jauh dari musala, Halim memilih untuk melakukan salat di mana pun ia tengah berada.

"Kadang-kadang ketika Halim melakukan salat, enggak ada orang yang komentar gitu. Jadi orang-orang pada ngerti kalau Halim melakukan salat di sekitar sini, walau pun enggak di mushola," katanya.

Namun, ada sesuatu yang berbeda yang dirasakan oleh Meike, ketika menjalankan salat di Amerika, jika dibandingkan dengan di Indonesia.

"Saya enggak dengar suara azan sama sekali. Mungkin itu yang paling kerasa banget. Kalau dulu setiap pagi selalu ada azan di sini enggak ada," ujarnya.

Musala di universitas George Washington ini juga kerap kali mengadakan kegiatan rutin. Salah satunya adalah acara halaqah mingguan bersama Imam setempat, yang memberikan kesempatan untuk para mahasiswa muslim berdiskusi dan membahas ayat-ayat Alquran.

Musala pun juga terbuka bagi mahasiswa dengan latar belakang agama lain, yang ingin beribadah atau melakukan meditasi.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Pengelola Musala

Pengelola musala ini adalah organisasi Muslim Students’ Association di universitas George Washington, yang beranggotakan mahasiswa muslim dari berbagai negara, antara lain Indonesia, China, Timur Tengah, dan Afrika.

Organisasi ini kerap mengadakan kegiatan lintas agama dan sosial yang bersifat menghubungkan beragam komunitas di kampus.

Kegiatan agama lainnya adalah Fast 'a' Thon, yang mengajak mahasiswa dengan berbagai latar belakang agama yang berbeda-beda untuk ikut berpuasa dan berbuka puasa bersama, dengan tujuan memperkenalkan makna dari salah satu pilar islam ini.

"Amerika sangat akomodatif terhadap budaya asing, sehingga menjadikannya tidak asing lagi, dan meleburnya menjadi bagian dari negara ini," kata Osama Alsaleh.

Tak hanya kegiatan beragama dapat tetap dijalankan seperti di tanah air, para mahasiswa muslim Indonesia juga mendapat kesempatan untuk memperluas wawasannya melaui berbagai aktivitas lintas agama.