Sukses

Ini Kisah Pekerja Indonesia yang Rindu Kampung Saat Puasa di Pedalaman Australia

Berikut kisah pekerja asal Indonesia bernama Fikri, yang berada di Australia sejak April 2017.

Liputan6.com, Queensland - Setiap tahunnya 1.000 anak muda asal Indonesia bekerja dan berlibur di Australia di bawah skema Working Holiday Visa (WHV).

Dikutip dari laman ABC Indonesia, Selasa (12/6/2018), jenis visa yang diterbitkan Pemerintah Australia ini memang diperuntukkan bagi mereka yang berusia antara 18 hingga 30 tahun, untuk menikmati liburan sambil bekerja.

Mereka tidak hanya bekerja di kota-kota besar namun juga menyebar ke berbagai kota pedalaman.

Fikri Yathir, Hamilton Island (Queensland)

Salah satunya adalah Fikri Yathir. Pemuda berusia 29 tahun itu kini bekerja sebagai publik karya di Review Hotel, Hamilton Island, di negara bagian Queensland, Australia.

Publik karya adalah pekerjaan umum untuk membereskan sebuah tempat seperti membersihkan, membantu menyiapkan makanan dan lainnya.

Hamilton Island merupakan gugusan pulau yang di kawasan Great Barrier Reef yang terkenal dengan terumbu karangnya yang indah. Wajar saja jika di pulau tersebut terdapat banyak resor untuk mengakomodir para turis.

Dilahirkan di Makassar (Sulawesi Selatan), Fikri adalah tamatan S1 jurusan Antropologi Budaya dari UGM Yogyakarta, sebelum memutuskan untuk mengikuti program WHV.

Sejak tiba di Australia bulan April tahun 2017, Fikri sebelumnya pernah bekerja selama beberapa bulan di Melbourne sebelum pindah ke Hamilton Island.

Fikri merasa beruntung menghabiskan Ramadan tahun ini di Hamilton Island, karena cuacanya yang tidak terlalu dingin maupun panas, sehingga dia bisa menjalankan puasa dengan relatif mudah.

"Alhamdullilah sejauh ini saya tidak pernah bolong puasanya. Di sini godaannya kurang, karena tidak seperti di kota Melbourne, Australia dimana banyak yang berjualan, di sini daerahnya sepi dan yang jualan terbatas," kata Fikri.

Di pulau tersebut, tidak ada masjid dan tidak banyak orang yang berpuasa seperti dirinya.

"Kadang saya tidak sahur karena telat bangun, dan lanjut puasa sampai waktu berbuka. Kadang di tempat kerja ada yang bertanya mengapa saya tidak makan siang, namun saya hanya mengatakan bahwa saya sudah selesai," kata Fikri.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Rindu Kampung Halaman

Karena WNI sendiri di Australia saat bulan puasa, Fikri mengatakan dia kadang rindu dengan suasana bulan puasa di Tanah Air.

"Keluarga saya di Indonesia suka kumpul-kumpul dan masak-masak, dan kemudian memposting foto di WA keluarga. Itu yang membuat saya kadang rindu dengan suasana Indonesia," tambahnya lagi.

Mengenai pengalaman kerja di Australia, Fikri mengatakan beruntung dia tidak memiliki masalah berarti.

"Saya tidak mengalami masalah, namun saya tahu dari pengalaman membaca di Facebook dan media sosial ada teman-teman lain dari Indonesia maupun tempat lain yang mendapat pengalaman buruk seperti dieksploitasi, dan tidak bertahan lama di tempat kerja."

Dia mengatakan bahwa kehidupan kerja di sini telah mengajarkannya untuk berani bergaul dengan orang baru, dan juga berani mengatakan apa yang ada dalam pikirannya.

"Saya pernah punya bos orang Brasil. Suatu hari dia bilang ke saya untuk tiap hari berbicara dengan tiga orang asing untuk memperlancar bahasa Inggris dan juga memperluas komunikasi," katanya.

"Saya berterima kasih atas desakan itu. Karena dengan itu saya jadi lebih berani untuk berbicara dan lebih aktif di tempat kerja," ujar Fikri lagi.