Jakarta Keramaian terjadi di terminal kampung rambutan sejak senin pagi (11/60) oleh para penumpang yang ingin mudik ke kampung halaman. Keramaian itu pun tak luput dari pencopet yang berniat melancarkan aksinya.
Namun, nahas nasib pencopet berinisial D (57), itu harus berurusan dengan polisi lantaran digagalkan pedagang asongan. Agus, pedagang di kawasan bus Jawa Barat, itu mengaku telah mengintai D yang kerap beraksi tiap tahunnya saat mudik.
Baca Juga
Usut punya usut, Agus tidak bekerja sendiri. Dia telah memperingatkan rekan sesama pedagang dalam grup WhatsApp tentang sosok pencopet tua. Grup itu sendiri merupakan wadah yang diinisiasikan Kepala Terminal Kampung Rambutan Emiral August Dwinanto.
Advertisement
Pedagang Asongan Bantu Ubah Citra Kriminal Terminal Kampung Rambutan
Emiral bercerita pedagang asongan di Terminal Kampung Rambutan ini, telah didata juga dibina atas komandonya. Padahal, awalnya dirinya menjabat sangat ditakuti.
"Sudah dari tahun semenjak saya di sini 2015. Jadi awalnya saya di sini, mereka lihat saya lari, terminal kotor, saya cerita apa adanya bisa tanya masyarakat terminal kotor, bau pesing, (pedagang asongan) ngeliat saya lari, tadinya dagangan saya ambilin," kata Emiral kepada merdeka.com, Senin (11/6).
Alih-alih mengusirnya, justru Emiral berusaha merangkul para pedagang itu. "Saya lihat wah ini kasian juga mereka kan ada dulu todang-todong, buat kriminal, sebentar-sebentar liat-liat ribut. Nah di sini saya rangkul semua bahwa nanti pedagang harus didata," imbuhnya.
Pedagang itu pun didata dan memakai seragam berupa rompi dengan warna berbeda. Hal tersebut agar para pedagang tak saling sikut.
"Jalur Jabar rompi hitam, jalur Jateng rompinya coklat, jalur pool bus itu biru. Jalur pos dua hijau, jalur pintu keluar merah. Jadi dia warna hitam tak boleh dagang di sini ke coklat," jelas Emiral.
Usaha Emiral pun membuahkan hasil. Para pedagang kini lebih teratur, juga citra kriminal yang pernah melekat sedikit demi sedikit berubah. Para pedagang ini rajin pula diberikan pendidikan agama.
"Gunanya juga mereka di sini tanpa disuruh mereka nyapu, mereka kita ajak juga tiap Jumat rutin kerja bakti, tiap malam Jumat ajak pengajian jadi semua di sini sudah gak kayak dulu lagi, dulu banyak preman di sini banyak santri," kata dia.
Mereka pun dibina agar memiliki kesadaran bahwa Terminal untuk kepentingan bersama. Para pedagang diuntungkan untuk mencari rejeki, sedangkan kemanan dan kenyaman terminal pun terjaga.
"Oknum pedagang ada yang tiga orang kita masukin Cipinang dia nodong (penumpang) pake piso, mereka (pedagang asongan) sendiri yang nangkep," kata Emiral mencontohkan. Selain itu kalau ada pedagang nakal pun, akan diberikan sanksi sosial oleh sesama mereka.
Heri (30), pedagang jam tangan itu mengaku mereka siap membantu apapun yang dibutuhkan. Misalnya ada peristiwa penumpang tak punya uang, atau ada yang sakit. Selain itu, ketika ada orang mencurigakan atau pedagang luar yang berniat jahat, kata Heri penumpang tak perlu ragu meminta bantuan kepada pedagang asongan Terminal Kampung Rambutan. "Kalau ada yang mencurigkan kita kirim lewat WhatsApp," ucapnya ketika ditemui.
Heri mengakui usaha yang telah dilakukan Emiral. Menurutnya, sejak pedagang didata, kultur para pedagang telah berubah. "Di data, dibina sama pak Emir. Hari Jumat kerja bakti, malam Jumat pengajian, jadi dibina," imbuhnya. [gil]
Sumber: Merdeka
Reporter:Â Ahda Bayhaqi
Advertisement