Liputan6.com, Jakarta - Direktur Bina Haji Khoirizi H Dasir mengingatkan tugas utama Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) adalah melayani jemaah calon haji Indonesia.
Sehingga, ia mengingatakan PPIH harus benar-benar paham dengan tugasnya, terutama saat fase Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna/Armina).
Baca Juga
Khoirizi mengingatkan, komitmen PPIH untuk melayani para tamu Allah harus betul-betul dipegang dan dilaksanakan. Menurut dia, fase Armuzna sangat krusial bagi jemaah calon haji Indonesia.
Advertisement
"Karena di fase itu seluruh calon haji berkerumun di lokasi yang sama, tinggal di fasilitas terbatas, dan kondisi cuaca yang belum tentu bersahabat bagi jemaah dari Tanah Air," ujar Khoirizi, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (18/8/2018).
Untuk itu, lanjut dia, PPIH terutama bagi yang belum berhaji harus memprioritaskan segalanya untuk pelayanan bagi jemaah calon haji dengan tetap melaksanakan rukun ibadah haji.
Khoirizi menegaskan, sikap cerdas dalam membagi waktu untuk beribadah dan melayani harus dikedepankan. Dengan kata lain, meski PPIH beribadah tapi jemaah calon haji tidak terlantar.
"Pada fase Armuzna, petugas bakal mengalami banyak persoalan jemaah calon haji. PPIH harus sigap dalam melayani jamaah misalnya saat ada gangguan kesehatan," ucapnya.
Dia mengatakan, secara cepat petugas dituntut untuk bisa mengevakuasi mereka ke tenda perawatan. Angka jemaah calon haji memerlukan evakuasi bisa melonjak tajam, sehingga petugas bisa sangat sibuk.
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Jaga Makanan
Lalu dari aspek dapur katering, Khoirizi menduga akan mengalami kendala karena suhu yang panas di Armuzna diperkirakan mencapai 50 derajat Celcius.
Dalam mempersiapkan konsumsi untuk jemaah, menurutnya, kinerja petugas di dapur kawasan Armuzna akan mengalami kendala karena suhu yang tinggi di tenda.
"Petugas juga akan mengalami kendala saat melayani jemaah, karena ada di kawasan terbuka dan relatif panas serta bisa terkena paparan matahari secara langsung jika berada di luar tenda. Sementara, saat Armuzna terutama wukuf, jemaah memerlukan kehadiran petugas di saat-saat genting," paparnya.
Maka dari itu, dia mengimbau seluruh petugas untuk bisa mengatur dirinya agar bisa melayani jamaah secara prima. Bagi jemaah, kata Khoirizi, diimbau agar beraktivitas di dalam tenda saja untuk menghindari paparan panas matahari yang sangat menyengat.
"Penting juga untuk mengonsumsi cairan dan makanan yang cukup sehingga kesehatan dan daya tahan tubuh tetap terjaga," kata Khoirizi.
Puncak haji saat Armuzna, lanjut dia, adalah hari-hari yang membutuhkan pengorbanan dan fokus pada pekerjaan. Bagi Khoirizi, tidak mudah menggerakkan 221 ribu orang dari Mekkah ke Arafah dalam waktu sehari, termasuk melayani dan kemudian mengembalikannya ke Makkah.
Pada 8 Dzulhijah, jemaah calon haji mulai bergerak ke Arafah. Dalam perjalanan, mereka menghadapi lalu lintas padat karena jutaan jamaah haji dari negara lain juga menuju Arafah untuk berwukuf pada keesokan hari.
"Kalau tidak menggunakan manajemen dan strategi yang tepat, maka akan berantakan," tegas Khoirizi.
Advertisement