Liputan6.com, Jakarta - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, pengaturan rombongan kelompok terbang atau kloter haji pada 2019 mendatang akan diatur oleh pusat, tidak seperti saat ini yang diatur daerah.
"Konfigurasi manifest di pesawat sudah diatur, berdasarkan regu dan rombongan, tidak diserahkan kepada daerah," ujar Lukman, seperti dilansir Antara, Sabtu (1/9/2018).
Baca Juga
Menurutnya, berdasarkan evaluasi tahun ini, pengaturan kloter jemaah haji oleh daerah terkadang kurang selaras dengan kebutuhan lapangan.
Advertisement
"Terdapat persoalan pembagian kloter oleh daerah belum memperhitungkan potensi terjadinya pecah kloter saat memasuki lintasan cepat (fast track) imigrasi," ucapnya.
Untuk itu, Lukman menyebut, pusat akan melakukan pengaturan kloter sejak awal dengan memperhitungkan lintasan cepat tidak menyebabkan pecah kloter.
Istilah pecah kloter, kata dia, merujuk pada persoalan satu rombongan yang sudah dalam satu kelompok, tetapi karena kendala harus terpisah.
Adapun lintasan cepat baru diterapkan di dua kloter percontohan, yaitu di Jakarta dan Surabaya. Dari permodelan itu diketahui persoalan terjadi pecah kloter yang sedikit banyak menghambat proses perjalanan haji dari bandar udara di Arab Saudi menuju Madinah dan Mekkah.
Menurut Lukman, pengaturan kloter oleh pusat nantinya akan menghindari terjadinya pecah kloter, terlebih program lintasan cepat akan diperluas dari dua menjadi 13 embarkasi.
"Metode fast track imigrasi akan diberlakukan kepada seluruh jemaah haji di 13 embarkasi," jelas Lukman.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Akan Perbanyak Fast Track
Sementara itu, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nizar Ali mengatakan, akan memperbanyak lintasan cepat untuk jemaah haji Indonesia sehingga mereka bisa segera menuju hotelnya di Makkah dan Madinah, tanpa berlama-lama di bandar udara tujuan.
"Fast track merupakan inovasi untuk mempercepat pergerakan jemaah. Skema yang dilakukan adalah pengambilan data rekam biometrik jemaah dilakukan di pemondokan di Indonesia. Saat berada di bandara tujuan, jemaah hanya diperiksa sidik jarinya sebagai upaya verifikasi data diri," papar Nizar.
Setelah itu, jemaah segera bergerak ke bus yang mengangkut mereka ke hotel di Makkah dan Madinah.
Inovasi itu membuat waktu tunggu jemaah di bandara tujuan menjadi relatif lebih pendek jika dibandingkan dengan skema lama. Ketika mereka harus melakukan verifikasi data biometrik secara lengkap di terminal kedatangan.
Advertisement