Liputan6.com, Jakarta - Pemandangan unik terjadi saat jemaah haji kelompok terbang atau kloter 13 kota Bandung turun dari pesawat yang baru saja mendarat di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, pada Sabtu, 1 September 2018.
Pagi itu memang mendung. Rintik hujan sempat turun. Saat jemaah turun dari pesawat, terlihat pelangi di langit. Suasana itu semakin indah karena jemaah haji yang merasa bersyukur bisa kembali ke Tanah Air melakukan sujud syukur di atas landasan pacu.
Baca Juga
Dari pesawat, jemaah menumpang bus Damri menuju ke Asrama Haji Bekasi dan langsung disambut oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi Haji Jakarta-Bekasi.
Advertisement
Mereka kemudian diserahkan kepada PPIH daerah sebagai tanda akan segera dipulangkan ke kampung halaman masing-masing.
Perjalanan udara berjam-jam memang melelahkan. Itulah yang tergurat di wajah jemaah haji. Namun, semangat mereka tidaklah pupus. Jemaah haji yang terdiri dari 410 orang itu tetap saja menebar senyuman.
Mereka dengan sabar menunggu jadwal kepulangan dengan ditemani teh dan kopi serta kue di Aula Arafah Asrama Haji Bekasi, Jawa Barat.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jemaah Tiba-tiba Wafat
Sementara itu, Ketua Kloter JKS-13 Agus Supardin menceritakan perjalanan ibadah hajinya sebagai petugas. Ia mengaku, selama ibadah haji dengan membimbing jemaah tidak menemukan kendala yang berarti.
"Dalam artian, pada awal kedatangan kami pun sempat ada sedikit masalah, kemudian dalam perjalanannya saya harus menghadapi jemaah haji yang tiba-tiba wafat dan sakit. Alhamdulillah berkat koordinasi sesama petugas kloter dan daker juga serta pengertian dari jemaah, semuanya dapat teratasi dengan baik," cerita Agus.
Dia menambahkan, pelayanan selama di Tanah Suci sangatlah baik. Agus banyak menemukan kemudahan, misalnya saat ada jemaah meninggal dunia di masjid, petugas Tim Gerak Cepat (TGC) dengan sigap membantunya.
"Jemaah yang wafat itu langsung diurus dari mulai pemindahan ke RS sampai pada akhir pemakamannya," tuturnya.
Agus juga mengalami banyak peristiwa pada minggu awal kedatangan di Madinah. Namun, sebagai petugas haji dia selalu siap dan memberikan solusi kepada para jemaah yang menjadi tanggung jawabnya.
"Dengan banyaknya peristiwa yang kita hadapi di awal kedatangan, membuat kita sebagai petugas kloter menjadi cepat beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang ada. Terutama TKHI (Tenaga Kesehatan Haji Indonesia) yang ada di kloter 13 cukup cepat tanggap dan selalu siap siaga menangani jemaah haji terutama yang Risti dan manula," terang Agus.
Advertisement
Kloter 13, Angka Keberuntungan
Agus mengaku tak pernah khawatir dengan angka 13 yang menjadi nomor kloternya. Memang banyak orang menghindari angka itu karena dianggap membawa sial. Namun keyakinan itu tak berlaku baginya.
"Angka 13 ini merupakan pembawa keberuntungan karena mengantarkannya menunaikan ibadah haji dengan tugas yang sangat mulia," kata dia.
Agus juga memberikan apresiasi terhadap pelayanan petugas haji baik yang berada di embarkasi Jakarta Bekasi dan di Arab Saudi.
"Alhamdulilah kami ditempatkan di penginapan yang hanya berjarak 1,5 Km dari Masjidil Haram, jadi walaupun angkutan Bus Salawat penuh, kami masih bisa jalan kaki menuju Masjidil Haram," pungkas Agus.
Reporter : Eko Huda S
Sumber : Dream