Sukses

Sabarnya Tim PIJU Layani Jemaah Haji Indonesia yang Sudah Uzur

Merawat jemaah haji yang memasuki usia uzur memang membutuhkan kesabaran ekstra.

Liputan6.com, Jakarta - Merawat jemaah haji yang memasuki usia uzur memang membutuhkan kesabaran ekstra. Hal ini dialami enam anak muda dan satu koordinator petugas dari Tim Pembimbing Ibadah Haji Uzur (PIJU).

Beberapa menit setiap sebelum kumandang azan salat lima waktu, enam anak muda itu bergegas menghampiri para pasien yang dirawat inap di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) kawasan Aziziyah Janubiyah, Makkah, Arab Saudi.

Mereka mengingatkan kepada pasien yang notabene jemaah haji Indonesia itu untuk bersiap-siap melaksanakan salat lima waktu. Tidak hanya itu, bila si pasien belum makan, anak muda itu harus memberinya makanan.

Keenam anak muda ini bekerja secara shift. Mereka bergantian mendampingi pasien, sehingga salat lima salat waktu para tamu Allah itu tidak ada yang bolong.

Enam anak muda itu merupakan mahasiswa yang berkuliah di Timur Tengah. Mereka direkrut Kantor Urusan Haji Daerah Kerja (KUH Daker) Makkkah untuk bergabung dalam Tim PIJU.

"Banyak pengalaman seru melayani jemaah uzur. Intinya adalah kita harus sabar dan ikhas. Selain mengingatkan kewajiban sebagai muslim, kami juga memberikan semangat kepada para pasien dan mengingatkan doa-doa yang harus dibaca," ujar salah satu anggota Tim PIJI Nina Mariana, seperti dikutip dari www.haji.kemenag.go.id, Kamis (6/9/2018).

Karena komunikasi sudah terbuka dengan pasien, lanjut Nina, pasien pun kadang menceritakan hal-hal yang sifatnya pribadi.

"Ada yang bilang saya kayak anaknya, kayak cucunya, atau kayak saudaranya. Beberapa di antaranya masih kontakan meskipun mereka sudah pulang ke Tanah Air. Bahkan,ada yang minta saya jadi mantunya," ucap mahasiswa S2 Sastra Arab University of Gezira Yaman ini sembari tertawa.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Pentingnya Tim PIJU

Sementara itu, Koordinator Tim Piju Afifah mengatakan, pihaknya bertugas memastikan jemaah haji yang dirawat sudah melaksanan rukun dan wajib haji atau belum.

Hal itu penting, menurutnya penting agar jemaah yang sakit itu tetap bisa menunaikan rukun Islam kelima dengan sempurna. Belum lagi, kata Afifah, kewajiban-kewajibannya hariannya sebagai seorang muslim.

"Bila mereka tidak mampu melaksanakan rukun haji, seperti wukuf, ya kita safari wukufkan (diboyong ke Arafah), jika tidak mampu tawaf ifadah dan sai, ya kita badalkan. Begitu pula bila mereka tidak bisa menjalankan wajib haji, seperti melontar jumrah di Jamarat, kita badalkan (digantikan dengan orang lain," paparnya.

Menurut Afifah, ketika puncak haji, tepatnya melontar jumrah, tawaf ifadah, dirinya membadalkan lima orang pasien. "Seluruh Tim PIJI ikut membadalkan," kata dia.

Lalu, Kepala KKHI Makkah, Nirwan Satriya mengaku sangat terbantu dengan adanya Tim PIJU.

"Pasien sembuh tidak hanya dengan tindakan medis. Yang lebih penting lagi adalah motivasi untuk sembuh. Ini yang utama. Nah, di situlah tugas Tim Piju," kata Nirwan.

Tim PIJU, sambung dia, akan bekerja sampai masa perhajian selesai pada 15 September 2018 mendatang. Hingga Selasa, 4 September 2018, jumlah jemaah yang dirawat di KKHI Makkah sebanyak 140 pasien.