Liputan6.com, Jakarta - Terik tak menghalangi perjalanan sebagian jemaah Turki untuk singgah ke Masjid Sab'a. Mereka berkumpul membentuk lingkaran sembari mendengar kisah perjalanan Rasulullah di tanah itu.
Meski telah berubah, tempat tersebut dahulu menjadi saksi umat Islam Madinah bertahan dalam pertempuran besar, yaitu Perang Ahzab. Serangan itu bermula dari kedatangan 20 orang Yahudi ke Makkah.
Baca Juga
Kedatangan pimpinan Yahudi dan pemuka Bani an-Nadhir itu bertujuan untuk memprovokasi Quraisy agar menyerang Rasulullah.
Advertisement
Pemimpin Yahudi juga memprovokasi suku Ghathafan. Pasukan gabungan sebanyak sepuluh ribu orang itu akan menyerang Rasulullah di Madinah.
Akan tetapi, berita serangan itu sampai di telinga Rasulullah, sehingga Rasullullah bermusyawarah dengan para sahabat. Dalam rapat itu, Salman al-Farisi menjadi bintang.
Dia mengusulkan kepada Nabi Muhammad untuk membangun parit di sebelah utara Kota Madinah untuk menghalau musuh.
Strategi yang baru dikenal itu segera disetujui Rasulullah. Utara Kota Madinah merupakan satu-satunya pintu masuk pasukan Quraisy. Nabi segera mengajak seribuan orang untuk membuat parit.
Dalam Hadis Bukhari disebutkan, Rasulullah pun ikut turun menggali parit itu. Penggalian parit itu tak sepenuhnya lancar karena kekurangan makanan. Akan tetapi, dengan mukjizat yang diturunkan Allah, masalah itu teratasi.
Sahabat pun pernah mengadukan bagaimana sulitnya memecah batu saat penggalian parit raksasa itu. Rasulullah yang mendengar kesulitan itu segera berdoa. "Bismillah," ujar Nabi Muhammad.
Rasulullah menghantamkan palunya. Usai memukulkan palunya, dia kembali bertakbir seraya berdoa menaklukkan Syam. Pada pukulan kedua Nabi Muhammad kembali berdoa.
Dia pun mengiringinya dengan harapan menaklukkan Persia. Sedangkan pada pukulan ketiga, Rasulullah berharap dapat diberi kunci kerajaan Yaman.
Ada yang menyebut, pembangunan parit raksasa itu berlangsung selama lima hari. Tapi, catatan sejarah lain menyebut enam hari.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Parit Panjang
General Supervisor Museum Al Dar, Suliman Mohammed Suliman, mengatakan parit yang dibangun umat Muslim itu sepanjang 12 kilometer.
"Lebarnya 4,5 meter dan kedalamannya 3,5 meter," kata Suliman.
Selama peperangan berlangsung, penduduk Madinah memanen kebun lebih awal. Sementara, perempuan dan anak-anak dievakuasi ke benteng Madinah.
Dalam buku Perjalanan Hidup Rasul yang Agung, Muhammad, karya Syekh Shafiyyurahman Al Mubarakfuri, selama proses perang pasukan Quraisy dan sekutunya hanya bisa menggerutu.
Mereka tak menyangka dengan pertahanan parit raksasa itu. Lokasi perang inilah yang membuat perang Ahzab dikenal juga dengan perang Khandaq. Dalam bahasa Arab, khandaq berarti 'yang telah digali'.
Peperangan dengan pasukan Quraisy itu berjalan sengit. Kondisi ini membuat Nabi Muhammad sempat menyesal karena terlampau sibuk dan lupa salat. Perang ini berlangsung pada Dzulqa'dan 5 Hijriah. Proses perang berlangsung selama 25 hari.
Â
Advertisement
Masjid Sab'a
Saat ini, di lokasi bekas lokasi peperangan Khandaq berdiri Masjid Sab'a yang berarti tujuh. Penyebutan ini karena sebelum adanya pemugaran oleh Kerajaan Arab Saudi, ada tujuh masjid yang menjadi penanda tenda Nabi Muhammad dan para sahabat.
Kini, masjid penanda itu hanya tersisa empat. Masjid Fath yang utama konon didirikan untuk menandai kemah Rasulullah. Beberapa meter dari Masjid Fath berdiri Masjid Salman Al Farisi, Masjid Umar bin Khatab, dan Masjid Ali bin Abu Thalib. Sementara Masjid Abu Bakar dihancurkan pada 1428 Hijriah atau 2008 lalu.
Diantara bangunan itu, terdapat pula bangunan menyerupai masjid yang terletak di atas bukit, bersampingan dengan Gunung Sal'a. Konon, di lokasi yang kini terkunci itulah, Nabi Muhammad berdoa untuk kemenangan umat Islam.
Meski muncul beragam versi, Abdul Mukmin, seorang sukarelawan dari Nigeria yang ditugasi Kerajaan Saudi memberikan penjelasan berbahasa Inggris menceritakan sejarah tandingannya.
"Pos-pos ini hanya bangunan dari masa saat Madinah dikuasai Turki Utsmani. Mana mungkin ada masjid sebegini dekat dengan Masjid Nabawi di zaman Rasulullah!?," jelas Suliman.
Â
Laporan jurnalis Dream, Maulana Kautsar, dari Madinah