Sukses

Pemerintah Arab Saudi Jajaki Penggunaan Tenda Bertingkat di Mina

Keberadaan tenda bertingkat bagi jemaah haji sempat viral di media sosial.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Arab Saudi tengah mengkaji penggunaan tenda bertingkat di Mina bagi para jemaah haji. Inovasi yang rencananya akan digunakan pada musim haji tahun mendatang ini telah dipamerkan pada Expo Masyair.

Keberadaan tenda bertingkat ini, sempat viral di media sosial yang menyebutkan jika akan terjadi penggantian tenda di Mina, bagi jemaah haji pada tahun ini.

Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Sri Ilham Lubis mengakui keberadaan tenda bertingkat ini. Tenda  tersebut dilengkapi toilet dan kasur dua tingkat.

Namun dia membantah jika tenda tersebut akan tersedia pada tahun ini. “Berdasarkan informasi dari Ketua Muassasah Asia Tenggara Amin Indragiri, proyek penyediaan tenda bertingkat tidak untuk dilaksanakan tahun ini,” tutur Sri Ilham di Jakarta, Jumat (28/6/2019).

Dia menjelaskan jika foto dan video yang viral merupakan contoh tenda yang masih tahap uji coba. "Bisa jadi untuk tahun depan. Contoh tenda tersebut berada di pameran,” sambung dia.

Mina selalu menjadi isu krusial dalam penyelenggaraan ibadah haji. Sebab, luas areal Mina sangat terbatas sehingga jemaah hanya mendapat ruang yang sangat sempit saat menginap (mabit) di sana. Apalagi, proses menginap berlangsung cukup lama, dua sampai tiga malam.

Keterbatasan area itu juga berdampak pada keterbatasan toilet. Akibatnya, fase mabit di Mina selalu diwarnai antrian panjang jemaah saat akan ke toilet.

“Terobosan ini baik. Semoga bisa segera diterapkan dan menjadi solusi atas keterbatasan areal yang ada di Mina, dan jemaah bisa lebih nyaman dalam beribadah,” dia menandaskan .

2 dari 2 halaman

Tingkatkan Pelayanan Armuzna, Pemerintah Siapkan Tim Mobile Crisis

Pemerintah terus meningkatkan layanan penyelenggaraan ibadah haji 1440H/2019M. Seperti dengan menyiapkan Tim Mobile Crisis yang memberi pelayanan bagi jemaah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Dengan demikian, 

"Tim ini sudah dimulai sejak pelayanan haji tahun lalu. Kami berharap, tahun ini akan lebih efektif lagi pergerakannya," ujar Kepala Satuan Operasi Armuzna Jaetul Muchlis, saat membuka Rapat Koordinasi Tim Mobile Crisis Haji, di Jakarta, Kamis (27/6/2019).

Menurut Jaetul, tim mobile crisis berisi beberapa unsur petugas. Antara lain: Tim Gerak Cepat (TGC), Tim Promotif Preventif (TPP), Tim Perlindungan Jemaah (Linjam), P3JH, serta tim Media Center Haji (MCH).

"Kami berharap semua unsur ini dapat bersinergi dan bekerja efektif sesuai dengan gerak gelar operasi Armuzna yang akan disiapkan," ujar Jaetul Muchlis.

Sementara, Staf Khusus Menteri Agama Hadi Rahman meminta tim ini mulai mengidentifikasi potensi krisis yang akan terjadi dalam pelaksanaan haji agar dapat dilakukan mitigasi sejak awal.

"Mitigasi krisis dalam penyelenggaraan haji ini sebenarnya telah kita lakukan sejak tahun 2015, dan akan tetap kita lakukan," ujar Hadi Rahman.

Mitigasi krisis, dikatakan penting untuk dilakukan untuk memastikan kualitas pelayanan, perlindungan serta pembinaan jemaah haji dapat berjalan sesuai dengan rencana yang diharapkan.

Apalagi, Hadi menambahkan, tahun ini Indonesia memperoleh kuota tambahan sebanyak 10 ribu jemaah haji. Maka, sebagai penyelenggara ibadah haji, pemerintah akan melihat secara detil untuk mencegah terjadinya krisis.

"Ini bukan hanya terkait dengan fasilitas sarana dan prasarana saja, tetapi juga terkait dengan kualitas ibadah jemaah," lanjutnya.

Hal senada disampaikan Staf Ahli Menag Oman Fathurahman. "Pemahaman tentang kualitas ibadah haji juga harus dimiliki oleh jemaah haji. Jemaah perlu disosialisasikan, bahwa untuk melaksanakan ibadah haji, jemaah harus berilmu, berbudi, dan berhati-hati," pesan Oman yang juga bertugas sebagai pengendali ibadah pada PPIH 1440H/2019M.