Sukses

Pejabat Tinggi UNHCR Sampaikan Pesan Ramadan Bagi Para Pengungsi

Seorang Komisaris Tinggi PBB untuk UNHCR menyampaikan pesan Ramadan Bagi pengungsi di seluruh dunia.

Liputan6.com, Dhaka - Komisaris Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) Filippo Grandi, menyampaikan harapannya kepada semua orang yang merayakan bulan suci Ramadan, yang akan dimulai dalam beberapa hari ke depan.

Grandi meminta agar semua orang menjalin aksi solidaritas dengan jutaan orang yang dipindahkan secara paksa di seluruh dunia.

 

"Secara tragis kita terus menyaksikan penderitaan dan keputusasaan banyak orang yang harus mengungsi,” ujar Filippo Grandi, mengutip laman VOA Indonesia pada Minggu (5/5/2019).

“Hampir 70 juta orang dipaksa meninggalkan rumah mereka. Kesabaran dan belas kasihan serta nilai-nilai Ramadan wajib dilakukan,” tambahnya.

Komisaris Tinggi UNHCR itu juga mengatakan bahwa Ramadan adalah momen untuk mengingat dosa. Serta menyediakan waktu untuk saling introspeksi diri.

“Mari kita hargai ketangguhan mereka dan berdiri dalam solidaritas dengan mereka,” jelasnya.

Pesan Grandi itu direkam selama kunjungannya ke kamp pengungsi Kutupalong di Bangladesh, di pusat daerah yang menampung hampir satu juta orang Rohingya yang telah meninggalkan rumah mereka di Myanmar untuk mencari keselamatan dan tempat berlindung di seberang perbatasan.

Dia menekankan bahwa bulan suci jatuh tahun ini pada saat dunia menyaksikan serangan yang tidak masuk akal terhadap orang-orang tak berdosa.

Grandi mengakhiri pesannya dengan seruan untuk bersatu dalam menghadapi tantangan yang ada.

“Bulan suci Ramadan adalah momen yang sangat penting dan tidak boleh kita lupakan. Semoga apa yang menyatukan kita harus selalu diteruskan,” jelasnya.

 

2 dari 2 halaman

Soal Rohingya, PBB Tegaskan Pengungsi Harus Dilindungi

Beberapa waktu lalu PBB menegaskan, pengungsi yang menyelamatkan diri dari konflik harus diberi perlindungan.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, penegasan ini dikeluarkan setelah Bangladesh menyatakan tidak lagi mau menerima pengungsi Muslim Rohingya dari Myanmar.

Menteri Luar Negeri Bangladesh Shahidul Haque mengemukakan kepada Dewan Keamanan pada Kamis 28 Februari lalu bahwa krisis pengungsi di negerinya sudah bertambah buruk dan ia kecewa belum ada seorang pun dari ratusan ribu pengungsi yang berlindung di negerinya pulang ke negara asal mereka.

Bangladesh amat bermurah hati dalam menolong pengungsi Rohingya. Penting sekali orang yang menyelamatkan diri dari konflik mendapatkan perlindungan ke mana saja mereka pergi," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.

Sesuai kesepakatan yang dicapai dengan Bangladesh, Myanmar setuju menerima kembali sebagian pengungsi itu. Tetapi PBB bersikukuh keselamatan mereka harus menjadi sarat utama bagi kepulangan mereka.

Haque mengatakan kepada sidang Dewan Keamanan tentang Myanmar bahwa Bangladesh tidak lagi dapat menerima pengungsi dari Myanmar, menunjukkan Bangladesh siap menutup perbatasannya bagi pengungsi.