Sukses

Panduan I'tikaf Saat Ramadan, Makin Khusyuk Dapatkan Berkah

Untuk dapat menjalani i'tikaf dengan benar, penting untuk mengetahui panduan i'tikaf saat Ramadan.

Liputan6.com, Jakarta Panduan i'tikaf saat Ramadan mungkin dibutuhkan bagi Anda yang ingin menjalankan ibadah sunah ini. I'tikaf adalah salah satu amalan bulan Ramadan untuk memperoleh keberkahan bulan suci.

I’tikaf dalam konteks ibadah Islam adalah berdiam diri di dalam masjid dalam rangka untuk mencari keridhaan Allah SWT dan bermuhasabah atas perbuatan-perbuatannya. Panduan i'tikaf saat Ramadan diatur berdasarkan Alquran dan hadits.

Untuk dapat menjalani i'tikaf dengan benar, penting untuk mengetahui panduan i'tikaf saat Ramadan. Panduan i'tikaf saat Ramadan dapat menuntun Anda menjalankan i'tikaf dengan benar sesuai yang telah disyariatkan. Panduan i'tikaf saat Ramadan ini berupa rukun, syarat, niat, dan kegiatan yang dapat dilakukan saat i'tikaf.

Jika Anda berencana untuk beri’tikaf selama bulan Ramadan, panduan i'tikaf saat Ramadan perlu untuk dipahami. Berikut panduan i'tikaf saat Ramadan yang berhasil Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (14/5/2019).

2 dari 6 halaman

Mengenal I'tikaf

I'tikaf berasal dari kata 'akafa' yang bermakna 'memenjarakan'. Sedangkan secara istilah fikih, iktikaf artinya berdiam di dalam masjid dengan tata cara tertentu dan disertai niat. I'tikaf yang disyariatkan ada dua macam yaitu I'tikaf sunah dan wajib.

I'tikaf sunnah adalah i'tikaf yang dilakukan secara sukarela semata-mata untuk mendekatkan diri dan mengharapkan ridha Allah SWT seperti i'tikaf 10 hari terakhir pada bulan Ramadan. Sementara i'tikaf wajib adalah i'tikaf yang dikarenakan bernazar (janji). Selain memperoleh pahala, itikaf juga menciptakan suasana hati yang tenang dan nyaman.

Itikaf saat bulan Ramadan dijelaskan dalam hadits:

“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)

Waktu i’tikaf yang lebih afdhol adalah di akhir-akhir ramadhan (10 hari terakhir bulan Ramadhan) sebagaimana hadits ‘Aisyah, ia berkata,

أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian beliau.”

3 dari 6 halaman

Rukun, syarat, dan perkara yang membatalkan i'tikaf

Rukun i'tikaf

1. niat, 2. berdiam diri di masjid sekurang-kurangnya selama tumaninah shalat

3. masjid tempat i'tikaf

4. orang yang beri’tikaf

Syarat i'tikaf

1. beragama Islam

2. berakal sehat

3. bebas dari hadas besar.

Yang Membatalkan i'tikaf

(1) berhubungan suami-istri,

(2) mengeluarkan sperma,

(3) mabuk yang disengaja,

(4) murtad,

(5) haidh, selama waktu i’tikaf cukup dalam masa suci biasanya, (6) nifas,

(7) keluar tanpa alasan,

(8) keluar untuk memenuhi kewajiban yang bisa ditunda,

(9) keluar disertai alasan hingga beberapa kali, padahal keluarnya karena keingingan sendiri.

4 dari 6 halaman

Niat i'tikaf di bulan Ramadan dan hal yang dapat dilakukan saat itikaf

Sebelum menjalankan itikaf, berikut niatnya. Niat ini untuk membedakan antara itikaf dengan aktivitas mengobrol di masjid semalaman.

Nawaitu an i’tikafa fi hadzal masjidi sunnatal lillaahi ta’ala

Artinya: “ Saya niat berdiam diri di dalam masjid, sunah karena Allah ta’ala”

Berdasarkan riwayat dari Aisyah RA, Rasulullah Muhammad SAW akan mengencangkan ikat pinggang dan membangunan keluarganya di 10 malam terakhir Ramadan. Rasulullah akan berdiam diri di masjid hingga Ramadan berakhir.

Selama beritikaf, ibadah-ibadah sunah dapat dilakukan. Hendaknya ketika beri’tikaf, seseorang menyibukkan diri dengan melakukan ketaatan seperti berdo’a, dzikir, bershalawat pada Nabi, mengkaji Al Qur’an dan mengkaji hadits. Dan dimakruhkan menyibukkan diri dengan perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat.

5 dari 6 halaman

Waktu yang dianjurkan untuk i'tikaf Ramadan

I’tikaf dapat dilakukan setiap saat, termasuk pada waktu-waktu yang diharamkan shalat. Hukum asalnya adalah sunnah, tapi bisa menjadi wajib apabila dinazarkan. I’tikaf harus dilaksanakan di masjid sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:

“Dan janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf dalam mesjid” (QS. Al Baqarah : 187)

Melakukannya pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, lebih diutamakan utama dibanding pada waktu-waktu yang lain, demi menggapai keutamaan Lailatul Qadar yang waktunya dirahasiakan Allah. Karena dirahasiakan itulah, maka siapa pun kita harus senantiasa mengisi malam-malam Ramdhan dengan berbagai amaliah, baik wajib maupun sunnah, dengan tujuan agar tidak terlewatkan.

6 dari 6 halaman

Kemuliaan I’tikaf

Selain keutamaan malam seribu bulan, ada dua keutamaan lainnya apabila kita melaksanakan i'tikaf pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan diantaranya adalah:

Dihapus Dosa-dosanya dan Ditulis Kebaikan

Diriwayatkan dalam hadis Ibnu Majah, "Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah menjelaskan berkaitan dengan orang yang beritikaf: "Ia berdiam diri dari dosa-dosa dan dialirkan baginya kebaikan seperti orang yang melakukan semua kebaikan."

Seperti Pahala Haji dan Umrah

Diriwayatkan dalam Hadis Baihaqi, "Rasulullah bersabda, "Barang siapa itikaf 10 hari di dalam bulan Ramadan maka (dapat pahala) seperti orang yg dua kali haji dan dua kali umrah.