Sukses

Tak Hanya Sebagai Tempat Ibadah, Masjid Tua Tondon Bagian Situs Sejarah

Masjid tua Tondon menjadi saksi penyebaran agama Islam di Enrekang, Sulawesi Selatan.

Liputan6.com, Jakarta Umat muslim biasanya akan memanfaatkan bulan Ramadan sebagai waktu untuk melatih sekaligus meningkatkan spiritualitas. Sebagian orang juga biasanya memanfaatkan waktu untuk mengunjungi situs-situs sejarah peradaban Islam, seperti masjid tua.

Marwan (36), warga Kabupaten Enrekang, hampir tiap Ramadan selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi situs-situs peninggalan bersejarah Islam di daerahnya.

"Kemarin saya ke sebuah masjid tua di Dusun Tondon, Desa Tongkonan, Enrekang. Masjid itu merupakan situs sejarah awal penyebaran Islam masuk di Kabupaten Enrekang," kata Marwan, Sabtu, 18 Mei 2019.

Saat tiba, ia mengaku akan memanfaatkan waktu untuk mengaji sembari menunaikan salat Zuhur. Nantinya jelang waktu buka puasa, ia akan kembali ke rumahnya yang berjarak lumayan jauh dari masjid tua bersejarah tersebut.

"Di bulan Ramadan ini tempatnya kita pulihkan, bahkan tingkatkan spiritualitas kita. Yah, kalau saya salah satu caranya dengan mengunjungi situs sejarah peradaban Islam yang bernama Masjid Tua Tondon itu," kata Marwan.

Lokasi masjid yang berada di atas puncak bukit seakan membuat jiwa tenang. Selain itu, masjid juga dikelilingi pemandangan alam yang sangat indah.

"Jadi beribadah di masjid tua itu betul-betul khusyuk karena suasana yang sangat tenang dan sejuk. Saya harap ke depannya masyarakat meluangkan waktunya wisata religi ke masjid tua Tondon ini," ujar Marwan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Jejak penyebaran Islam

Arsyad, seorang warga setempat, mengatakan masjid tua yang menyerupai rumah panggung itu merupakan jejak sejarah awal penyebaran Islam di Kabupaten Enrekang, Sulsel.

Hingga saat ini, masjid yang diyakini berusia ratusan tahun tersebut ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat yang berada di kaki bukit Tondon untuk beribadah. Meskipun jarak yang jauh dan harus melalui jalur tanjakan ketika hendak ke masjid, masyarakat masih menggunakannya.

"Masjid tua yang bagiannya terbuat dari kayu dan bambu itu berada di atas bukit dan akses satu-satunya hanya melewati hutan dengan berjalan kali. Tentu jalurnya menanjak karena masjid tua terletak di atas bukit," tutur Arsyad.

Arsyad mengatakan bahwa lokasi masjid tua Tondon berdiri juga merupakan bagian dari situs sejarah. Tidak jauh dari masjid tua itu terdapat beberapa situs sejarah lainnya yang masih terkait dengan keyakinan nenek moyang sebelum Islam masuk ke Enrekang.

"Menurut penelitian katanya lokasi bukit merupakan sisa peradaban juga," ucap Arsyad.

Di lokasi dapat dilihat hamparan batuan andesit berukuran panjang 246 M lebar 80 M dan tinggi 6 sampai 10 M dari permukaan tanah dengan berbagai simbol tulisan di atasnya.Tak hanya itu, bentuknya pun sangat beragam dan beraturan. Diperkirakan usia peradaban Megalitikum tersebut mencapai 3000 tahun dan diklaim terbesar se-Sulsel.

Tak hanya beragam batu dengan berbagai simbol, di sekitar masjid tua juga terdapat situs berupa batu lesung, batu lumpang, batu berlubang, batu dolmen serta banyak pecahan fragmen gerabah di sekitarnya.

"Rumah adat orang dulu yakni bernama Sapo Kaluppini atau rumah adat Kaluppini juga ada dan letaknya tak jauh dari masjid tua. Dirumah adat itu sering dilaksanakan adat ‎Maccerang Manurung yang diadakan sekali dalam 8 tahun," Arsyad menandaskan.

Penulis: Eka Hakim