Sukses

Memperjelas Penanggalan Ramadan, Pakistan Rilis Situs Pemantau Hilal

Pakistan meluncurkan situs web yang menunjukkan posisi bulan.

Liputan6.com, Islamabad - Bertepatan dengan Ramadan, Pakistan meluncurkan situs web pemantau posisi bulan (hilal) pada Minggu, 26 Mei 2019. Langkah itu dilakukan dalam upaya untuk mengakhiri perdebatan tentang kapan dimulainya bulan puasa dan Idul Fitri.

Peresmian situs web bernama "pakmoonsighting.pk" ini datang dua pekan setelah Menteri Federal untuk Sains dan Teknologi Fawad Chaudhry membuat pengumuman mengenai persiapan kalender lunar ilmiah.

Chaudhry mengatakan situs web itu akan menunjukkan tanggal pasti dari acara-acara penting Islam - Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha dan Muharam.

Berbicara pada peluncuran situs web, Chaudhry mengatakan bahwa langkah itu akan mengakhiri "perdebatan pemantauan hilal bulan" di negaranya. Ia melanjutkan, tidak hanya Pakistan tetapi juga negara-negara lain dapat mengambil manfaat dari situs web itu; khususnya untuk memutuskan penampakan bulan (hilal) bagi awal Ramadan dan hari besar Islam lainnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Memuat Beberapa Informasi Penting

Situs web ini menampilkan beberapa informasi penting, seperti kalender Islam untuk lima tahun ke depan, kalender lunar sehari-hari terhadap tanggal dari kalender Gregorian, dan tanggal di mana hari pertama setiap bulan lunar akan jatuh.

Setiap orang dapat mengakses data tahunan tentang bulan baru, peta visibilitas bulanan dan juga koordinat bulanan di kota-kota besar.

"Aplikasi ponsel juga sedang dipersiapkan untuk membuatnya lebih mudah untuk mengetahui kapan bulan (dalam tahun hijriyah) akan dimulai," kata Chaudhry.

Selama ini, Pakistan telah menghadapi kontroversi pada acara-acara keagamaan utama seperti permulaan Ramadan dan Idul Fitri, karena pemimpin agama dari berbagai daerah memberikan keterangan berbeda dalam penglihatan bulan.

Tahun ini, Ramadan dimulai di Khyber-Pakhtunhwa pada tanggal 6 Mei, sementara di negara lain dimulai pada tanggal 7 Mei. Mungkin juga perayaan Idul Fitri akan diadakan pada dua tanggal yang berbeda.

Chaudhry mengatakan masalah seperti itu telah diselesaikan dan Idul Fitri yang akan datang pada 5 Juni. Tetapi upayanya untuk menyelesaikan perselisihan mungkin tidak berakhir karena sebagian besar ulama bersikeras bahwa melihat bulan dengan mata telanjang sangat penting.

3 dari 3 halaman

Komunitas Sikh Pakistan Bagikan Jus untuk Buka Puasa Ramadan di Jalan

Sementara itu, ketika matahari mulai tenggelam di bulan suci Ramadan, sejumlah orang langsung membagikan makanan dan minuman tradisional di sejumlah titik di jalan utama kota Karachi, Pakistan. Sementara yang lain menggelar tikar plastik besar di jalan setapak sambil mengisi makanan di tasnya.

Pengendara mobil menepi dengan cepat dan bergabung dengan kerumunan kecil itu. Orang-orang dari segala usia mau berkumpul di sekitar jalan atau menempati tikar plastik yang telah disediakan, demikian dikutip dari laman yenisafak.com.

Ketika panggilan untuk salat magrib dan suara azan bergema, mereka mulai berbuka puasa.

Kelompok sukarelawan ini tiap tahun selalu memberikan paket makanan dan air botolan serta jus kepada orang-orang yang berpuasa. Terlebih bagi mereka yang sedang berada di kendaraan dan angkutan umum.

Setiap Ramadan, ratusan tenda selalu didirikan di sudut-sudut jalan kota oleh komunitas Sikh. Tujuannya untuk membantu penduduk setempat, para gelandangan, pedagang, tukang becak, sopir taksi, buruh, pengemis untuk berbuka puasa dikondisi macetnya jalanan.

Dalam waktu singkat, tradisi semacam ini diadopsi oleh sejumlah kota lain termasuk ibu kota Islamabad.

Ada banyak badan serta relawan yang melakukan aksi serupa. Mereka membuka tenda dan tikar bagi masyarakat yang berpuasa di pinggir jalan memberi jalan selama bulan puasa.

"Ini adalah tahun keenam saya untuk berbuka puasa di sini," kata Abdul Hameed, seorang pengungsi Afghanistan.

Dia diajak bersama rekan-rekannya yang lain untuk bekerja sebagai pemulung di distrik timur kota yang jauh dari tempat tinggalnya, dan tidak mampu membeli iftar.

"Sebagian besar, kami tidak dapat tiba di rumah tepat waktu karena kemacetan lalu lintas. Ini (makanan saat Ramadan) telah menjadi solusi bagi kami untuk berbuka puasa," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini