Liputan6.com, Jakarta - Sebagian masyarakat ibu kota sudah tidak asing lagi dengan penjaja jasa penukaran uang receh jelang libur lebaran. Kebanyakan dari mereka berjejer sepanjang jalur yang dilintasi pemudik atau di terminal.
Untuk memulai usaha jasa penukaran uang receh nyatanya tidak sedikit modalnya. Perlu merogoh kocek dalam-dalam.
Baca Juga
Rohani (64), penjaja jasa penukaran uang receh di Terminal Kampung Rambutan, mengaku modal yang ia keluarkan untuk usaha seperti ini sebesar Rp 500 juta. Angka yang wajar, menurut Rohani, sebab usaha seperti ini tidak ada kerugian yang dialami.
Advertisement
"Rp 500 juta untuk sebulan. Dari awal puasa saya udah siapin receh kaya gini," kata Rohani saat berbincang dengan Merdeka.com di terminal Kampung Rambutan, Kamis (30/5).
Rohani bercerita, modal untuk usaha seperti ini memang tidak langsung besar. Ada tahapan penambahan modal tiap tahunnya.
Di awal usahanya, ia mengaku mengeluarkan modal Rp 100 juta. Seiring bertambahnya jumlah perantau yang mudik, modal ia tingkatkan hingga mencapai Rp 500 juta.
"Enggak langsung (modal besar). Dulu Rp 100 juta, kesini ya saya tambah aja," tukasnya.
Ia tidak menyebut berapa keuntungan dari usaha jasa penukaran uang receh tersebut. Setidaknya, kata Rohani, jika usaha sedang sepi ia tidak alami kerugian.
"Kalau ada sisa ya ditaruh lagi di bank. Uang kan enggak busuk," kata dia.
Â
Keuntungan Penukaran Uang
Rohani menjelaskan, setiap transaksi penukaran uang ia mematok harga jasa Rp 10 ribu. Tarif tersebut juga berlaku sama oleh setiap jasa penukaran uang receh jalanan lainnya.
Untuk mendapatkan uang receh dengan jumlah besar, ia mengaku menukar dengan orang dalam bank. Tanpa merinci, orang bank yang membantunya menukarkan uang receh jumlah besar juga mendapat komisi. Ia menyadari jika tindakannya seperti itu tidak dibenarkan.
"Misal kita tukar uang Rp 50 juta ya kasih lah ke dia (orang bank) Rp 2 juta. Sebenarnya enggak boleh," beber Rohani.
Membawa uang puluhan juta dalam bentuk receh bukan tidak terbebas dari ancaman kriminal. Namun selama 13 tahun ia bergelut dunia penukaran uang receh, belum pernah terjadi pencurian atau tindakan kriminal lainnya. Mobilitasnya dari rumah ke terminal pun hanya dijemput sepeda motor oleh sang suami.
"Puji tuhan selama ini saya enggak pernah kerampokan misalnya," kata dia.
Reporter: Yunita Amalia.
Advertisement