Sukses

Enam Cara Mempertahankan Ketakwaan Usai Ramadan

Usai Ramadan, ketakwaan harus terus dijaga. Ini enam cara untuk mempertahankannya.

Liputan6.com, Jakarta Menjadi manusia bertakwa memiliki keuntungan hidup. Hal-hal positif selalu menyertai dalam setiap langkah. Amal ibadah yang dijalankan menggapai posisi tertinggi dalam agama, yakni ketakwaan.

Usai Ramadan, tak sedikit umat muslim yang menurun tingkat ketakwaannya. Hal ini terjadi karena ibadah yang dilakukan saat Ramadan hanya berupa kulit luarnya. Misalnya dari terbiasa sahur dan salat Subuh, kemudian menjadi lalai.

Dalam tinjauan maqashid syariah, jika selepas Ramadan tidak tertanam ketakwaan pada kepribadian manusia dan kembali bermaksiat, berarti ia tidak mendapatkan target utama kewajiban beribadah puasa (takwa) itu.

Lalu, bagaimanakah cara meningkatkan dan mempertahankan ketakwaan usai Ramadan?

Dilansir dari Nu online, Ketua Pengurus Cabang Lembaga Pendidikan Ma’arif Jawa Timur, Ustadz Hobri Ali Wafa, berpendapat ada enam hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketakwaan usai Ramadan. Apa saja?

 

 

2 dari 2 halaman

Enam cara tetap takwa

1. Musyaratah

Masuknya bulan Syawal usai Ramadan harus diawali dengan tekad dan niat yang kuat untuk meningkatkan amal ibadah (musyaratah). Niat tersebut dapat diawali dengan memulai ibadah puasa Syawal selama enam hari. Selain meningkatkan takwa, puasa Syawal memiliki keutamaan pahala setara dengan berpuasa setahun penuh.

2. Muraqabah

Sifat yang harus dimiliki usai Ramadan adalah muraqabah (memantau diri atau merasa Allah sedanf memantau). Apabila sikap ini dimiliki umat muslim, tekad yang dibangun di awal tak mudah runtuh dan semakin bulat.

3. Muhasabah

Yakni melakukan introspeksi dan evaluasi mengenai sejauh mana pelaksanaan tekad yang diikrarkan tersebut. Apakah tekad meningkatkan takwa terlaksana dengan baik, atau terlaksana tetapi dipenuhi dengan kelalaian, atau tidak terlaksana sama sekali.

4. Mu'aqabah

Memberikan sanksi terhadap kelalaian dalam pelaksanaan tekad tersebut. Sebab, bila kelalaian itu tidak diberikan sanksi, dikhawatirkan kelalaian serupa akan terulang kembali.

5. Mujahadah

Mengerahkan segenap kemampuan yang ada pada diri untuk memperbaiki kelalaian dalam melaksanakan ibadah.

6. Taubikh wa mu'atabah

Agar kita menyadari bahwa amal-amal yang kita perbuat masih penuh kekurangan, perlu adanya koreksi diri. Hal ini agar kita bisa memperbaiki dan berupaya meningkatkan amal ibadah yang diperbuat

 

Hari Raya Idul Fitri boleh disyukuri dengan perayaan yang positif dan penuh kegembiraan. Namun, alangkah lebih indah apabila tidak melupakan kewajiban sebagai umat Allah dan selalu meningkatkan ketakwaan pada Tuhan yang maha esa.

Â