Liputan6.com, Jakarta Media sosial sekali lagi membuktikan pengaruh kuat terhadap para penggunanya. Fenomena terbaru dialami oleh model dan pemain film Angela Gilsha yang curhatannya ramai dikomentari para netizen.
Angela mendapat banyak sentimen negatif setelah memposting keluhannya tentang bayi yang menangis di pesawat melalui Instagram Story beberapa hari lalu. Kekesalan yang ia luapkan berbuntut panjang hingga dimuat di salah satu media ternama di luar negeri.
Menanggapi fenomena ini, psikolog Kasandra Putranto menjelaskan jika kualitas postingan di media sosial punya peranan penting. Diperlukan kedewasaan serta kontrol diri dalam menggunakan jejaring sosial yang berkembang pesat.
Advertisement
Kualitas posting medsos tergantung kecerdasan intelektual, sosial dan emosional. Termasuk di dalamnya pengetahuan tentang IT. Banyak pengguna medsos belum matang dan Belum cerdas sosial emosional, termasuk Angela Gilsha," kata Kasandra Putranto ketika dihubungi Fimela.com melalui Whatsapp (12/6/2019) siang.
Tidak seharusnya Angela Gilsha melakukan hal itu, tetapi juga tidak tidak sepantasnya netizen melakukan bullying kepadanya," terang Kasandra.
Ketika ditanya mengenai faktor yang menyebabkan curhatan Angela, Kasandra membenarkan jika seorang artis atau entertainer memang cenderung punya tekanan lebih. Namun kedewasaan itu juga terbentuk dari keluarga sebagai circle pertama seseorang.
"Salah satunya ya (karena profesi sebagai entertainer), Yang paling utama tentu peran keluarga dan proses belajar selama tumbuh kembang. Sementara posisi keberbintangan semakin memberikan tekanan," ujarnya.
"Haters juga memiliki masalah dalam kecerdasan intelektual sosial emosional. Walaupun tidak setuju tidak seharusnya melakukan kekerasan kepada Angela Gilsha," tambahnya.
Kasandra tak memungkiri ungkapan Angela Gilsha merupakan sebuah kesalahan. Namun seyogyanya diperlukan kedewasaan dari kedua belah pihak, yakni haters dan Angela sendiri.
"Angela Gilsha salah dan untuk itu ybs harus minta maaf kepada publik, dan publik tentu harus memaafkan sebagai bagian dari proses pembelajarannya. Cuma masalahnya kan seringkali ada sentimen emosi negatif masyarakat Yang melakukan pelampiasan kepadanya," pungkas Kasandra. (Nizar Zulmi/Fimela.com)