Sukses

Kisah Peserta YES, Tarawih Tengah Malam Saat Ramadan di AS

Peserta YES menceritakan pengalamannya menjalankan ibadah Ramadan di AS.

Liputan6.com, Jakarta - Para peserta program YES (Kennedy-Lugar Youth Exchange & Study Abroad) yang baru saja sampai di tanah air, menceritakan pengalaman berharganya yakni menjalankan ibadah Ramadan di AS. Mereka adalah para pelajar beruntung yang berkesempatan belajar di AS selama satu tahun dan tinggal bersama dengan keluarga asuh.

Puasa Ramadan di Negeri Paman Sam sangat berbeda dengan di Indonesia, di mana sejumlah peserta YES yang hidup di Texas mengatakan harus menahan lapar dan haus selama 16 jam.

Mereka juga menuturkan pengalaman tarawih larut malam. Rafif Pradana, pelajar asal Yogyakarta mengatakan pada Minggu (16/6/2019), ia terbiasa tarawih sampai pukul 12 malam, bahkan kadang lebih.

Hal itu menurutnya, karena imam membaca jus-jus yang sering kali tidak pendek, agar target menyelesaikan Alquran hingga akhir Ramadan tercapai. Ia juga menambahkan, keluarganya sangat toleran dan baik hati, salah satunya rela makan malam pukul 20.00 lebih, menunggu waktu berbuka puasa.

"Keluarga saya baik banget. Jadi seharusnya mereka makan bersama pukul 18.00, tapi karena saya puasa, keluarga asuh saya memundurkannya hingga pukul 20.45 malam," tuturnya.

"Kemudian kita makan bersama-sama. benar-benar itu family time," lanjutnya.

Sahur Seorang Diri

Meskipun sebagian besar peserta YES menyantap malam bersama keluarga asuh, mereka harus sahur seorang diri. Alifia Prabandini, seorang pelajar asal Bandung terpaksa sahur dengan makan pisang atau roti karena tidak bisa memasak.

Berbeda cerita dengan Retrisyia Putri yang sering memasak untuk santap sahur dan selalu siap sedia nasi.

"Jadi nasi saya bikin banyak habis itu saya masukkan ke kulkas. Terus nanti kalau mau makan, dimasukkan ke microwave," kata Retrisyia. Ia biasa memasak tuna ataupun bahan makanan lain yang ia beli di supermarket.

Retrisyia menambahkan, selama Ramdan guru olahraga di sekolahnya sangat baik hati. Ia diperbolehkan untuk tidak mengikuti aktivitas di luar kelas. Ia hanya di suruh menunggu di kelas dan mengerjakan PR. 

2 dari 2 halaman

Tinggal Bersama Keluarga Asuh Yahudi

Kisah yang menarik dituturkan oleh Retrisyia. Gadis asal Bandung itu tinggal bersama dengan keluarga asuh Yahudi.

"Saya tujuh bulan tinggal bersama keluarga Yahudi. Jadi benar-benar saya belum pernah bertemu dengan satupun orang Yahudi di Indonesia kan, terus di sana benar-benar tinggal bersama keluarga Yahudi," tutur Retrisyia saat ditemui di kediaman Duta Besar AS pada Minggu. Ia menambahkan bahwa tiga bulan setelahnya ia tinggal bersama warga Katolik di Negeri Paman Sam.

Berkat pengalaman itu, Retrisyia tahu bagaiamana umat Yahudi beribadah serta aktivitas lainnya.

"Saya tahu mereka sama-sama tidak makan babi, sama seperti Islam," lanjutnya.

Saat ditanya apa hal terbesar yang ia pelajari selama program YES, Retrisyia mengatakan toleransi.

"Semua hanya berbeda saja. Tidak ada yang salah satupun," katanya.

Â