Liputan6.com, Jakarta Pemerintah terus meningkatkan layanan untuk mempermudah para calon jemaah haji Indonesia di Tanah Suci. Pada musim haji 1440H/2019M ini, diterapkan fasilitas yakni penomoran bagi tenda jemaah haji di Arafah dan Mina. Penomoran bertujuan memudahkan jemaah untuk menemukan tendanya selama puncak musim haji berlangsung.
Penomoran tenda akan dilakukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi setelah memperoleh mapping maktab dari Muasassah.
“Kita akan lakukan penomoran setelah mengetahui denah tenda jemaah Indonesia. Karena untuk melakukan penomoran itu kita perlu berdasarkan kondisi real,” ujar Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis, di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, seperti mengutip laman Kemenag.go.id, Rabu (19/6/2019).
Advertisement
Baca Juga
Sri Ilham pun berharap jemaah dapat disiplin untuk mengikuti penetapan tenda dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). "Kami berharap masing-masing jemaah menempati tenda yang telah ditetapkan. Ini untuk memudahkan petugas juga dalam memberikan pelayanan selama puncak haji," ujar Sri Ilham.
Dia turut mengimbau jemaah untuk mengantisipasi terkait perbedaan luas tenda di Arafah dan Mina. “Kalau di tenda Arafah bisa lebih longgar berkisar antara 120 cm hingga 140 cm untuk tiap jemaah. Di Mina berkurang, tiap jemaah hanya bisa menempati sekitar 86 cm,” papar Sri Ilham.
Untuk itu diperlukan kesadaran dari tiap jemaah untuk dapat bijak menggunakan luasan yang tersedia dalam tiap tenda. “Mereka yang menempati tenda lebih awal di Mina jangan dibayangkan seperti tenda di Arafah. Misalnya jangan digunakan untuk tidur, karena harus mempertimbangkan rombongan lain yang akan masuk ke tenda tersebut,” kata Sri Ilham.
Meskipun saat ini jemaah belum dapat mengetahui akan berada di tenda mana saat puncak musim haji, tetapi dikatakan mereka sudah dapat mengetahui penempatan penginapan di Makkah maupun maktab di Arafah dan Mina.
Adapun penetapan maktab selama di Arafah dan Mina telah dilakukan sejak di tanah air. "Konfigurasi telah kita lakukan sejak di tanah air, sehingga saat ini kita sudah dapat mengetahui jemaah embarkasi mana akan berada di maktab berapa pada saat di Arafah dan Mina nanti,” lanjut Sri Ilham.
Jemaah Haji Bisa Nikmati Tiga Kali Menu Khas Daerah Tiap Pekan
Ada hal berbeda pada tahun ini bagi jemaah haji Indonesia di Tanah Suci. Nantinya, para jemaah haji akan mendapatkan menu khas daerah, sebanyak tiga kali dalam satu pekan. Rencananya menu tersebut akan diberikan pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.
Meski demikian, penyediaan Upaya ini dilakukan dengan tetap memperhitungkan ketersediaan bahan baku di Arab Saudi. “Ini menyesuaikan dengan kebijakan akomodasi penempatan jemaah yang menggunakan sistem zonasi,” ujar Kasubdit Katering Direktorat Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Abdullah seperti dikutip, Rabu (19/6/2019).
Makanan dengan menu zonasi ini berisi menu-menu khas dari masing-masing daerah. Misalnya, rawon bagi jemaah dari embarkasi Surabaya, soto betawi untuk jemaah embarkasi Jakarta, hingga pindang ikan patin untuk jemaah dari Sumatera.
“Meskipun mungkin belum sempurna, kami mengupayakan cita rasa makanan dapat mendekati rasa makanan yang ada di Indonesia,” kata Abdullah.
Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan kepada penyedia katering di tiga daerah kerja.
"Kita akan latih para juru masak di tiga daerah kerja sehingga dapat menyajikan makanan yang kami harap mendekati cita rasa masakan Indonesia," ujar Abdullah.
Khusus di Makkah, Abdullah menyampaikan para penyedia katering pun telah berkomitmen akan menyajikan menu tambahan bubur kacang hijau setiap usai sholat Jumat.
"Jadi bagi jemaah yang misalnya tinggal di Makkah selama 20 hari, maka paling tidak, ia minimal dapat menikmati bubur kacang hijau sebanyak dua kali," ujarnya.
Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis sebelumnya mengungkapkan selain penyajian menu zonasi, penyusunan menu makanan jemaah haji juga memperhatikan masukan jemaah haji. Salah satunya penerapan rumus 2,3,4, dan 5.
Ini adalah rumus khusus yang digunakan untuk menyusun menu bagi jemaah haji setiap minggunya. Yaitu, dua kali menu telur, tiga kali menu daging, empat kali menu ayam, dan lima kali menu ikan.
Rumusan ini menurut Sri Ilham dielaborasi berdasarkan masukan jemaah pada survei indeks kepuasan haji yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun lalu.
“Rumusan 2, 3,4, dan 5 pada penyusunan menu katering, adalah hasil masukan jemaah pada survei indeks kepuasan di tahun lalu,” ujar Sri Ilham.
Rekomendasi ini menurut Sri Ilham, karena banyaknya jemaah haji Indonesia yang telah tergolong lansia yang memilih mengurangi menu daging.
“Karena saat survei tahun lalu, jemaah minta kita memperbanyak menu ikan dan mengurangi menu daging,” kata Sri Ilham.
Tonton Video Ini:
Advertisement