Sukses

Tak Hanya Terasi dan Ikan Asin, Ini Cerita di Balik Isi Koper Jemaah Haji

Bagi sebagian orang, naik haji tak sekadar menyempurnakan Rukun Islam.

Liputan6.com, Bangkalan Banyak cerita menarik dari kisah orang naik haji. Seorang pegawai kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, memberitahukan ihwal puluhan koper jemaah haji di Asrama Haji Surabaya, terdeteksi membawa barang terlarang atau barang konsumsi melebihi ketentuan. Koper mereka pun harus dipisahkan guna diperiksa lebih lanjut.

Meski informasi itu ia tahu dari sebuah grup Whatsapps para penyelenggara haji, dengan mudah ia bisa menerka-nerka apa gerangan isi koper-koper itu selain pakaian.

"Kalau enggak rokok ya terasi atau jamu, tapi kebanyakan rokok," kata kenalan itu sembari meminta agar informasi itu dikonfirmasi ke atasannya.

Samsul, Sekretaris Kemenag Bangkalan, membenarkan informasi itu. Namun, ia berharap, "Semoga bukan koper jemaah haji asal Bangkalan," katanya usai acara pelepasan jemaah haji Bangkalan di Masjid Agung, Ahad petang, 7 Juli 2019.

Menurut Samsul, pemerintah menerapkan sanksi yang lebih ekstrem terkait barang sitaan jemaah haji. Bila sebelumnya barang yang disita masih dikembalikan usai berhaji, maka mulai tahun 2019, semua barang sitaan akan langsung dimusnahkan.

Namun seketat apa pun isi koper diperiksa, selalu ada celah untuk lolos. Seorang calon haji dari Embarkasi Surabaya misalnya, berhasil meloloskan 86 bungkus rokok dalam penerbangan ke Madinah. Namun, rokok itu terdeteksi begitu mendarat di Bandara Prince Mohammed Bin Abdulaziz Madinah.

Kopernya pun sempat diperiksa oleh otoritas bea cukai bandara. Namun, jemaah haji itu beruntung diperkenankan melanjutkan perjalanan berkat lobi petugas haji yang mendampingi.

"Membawa rokok tak dilarang asal tidak berlebihan. Maksimal dua slop," ungkap kenalan itu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Tetap Nekat Membawa Rokok

Peristiwa-peristiwa penyitaan rupanya tak membuat jemaah haji jera membawa rokok ke Tanah Suci. Muhtar, misalnya, membeberkan isi sahara atau koper kedua orang tuanya yang berangkat haji dari kloter 8. Selain pakaian, ada 8 slop rokok aneka merek dalam koper.

Agar tak terdeteksi mesin X-ray bandara, rokok itu tidak di-packing khusus, tetapi dihamburkan di sela-sela koper yang maasih longgar. Agar tak mencolok, rokok tidak hanya disimpan dalam satu koper. Beberapa dititip di koper atau tas jinjing milik jemaah haji satu kloter.

Menurut Muhtar, rokok itu titipan tetangganya yang sudah lama bermukim di Makkah. Dengan imbalan hampir satu digit termasuk sarung dan barang lain, sulit menolak titipan semacam itu. "Lumayan buat nambah uang saku selama di tanah suci," ungkap dia.

Haji Razak, warga Socah, berbagi pengalaman ketika naik haji dua tahun lalu. Menurut dia, saat musim haji rokok adalah bisnis yang menggiurkan. Bila di Tanah Air harga sebungkus rokok antara Rp 20 hingga 23 ribu, setiba di tanah suci, harganya naik 300 kali lipat menjadi 25 atau 27 real--setara Rp 80 hingga 95 ribu perbungkus.

"Kalau musim haji, mukimin bahkan jemaah haji berbisnis rokok antar jemaah," ungkap dia.

Selain rokok, ada pula sarung, terasi, aneka jamu hingga bubuk pengembang kerupuk turut menjadi bisnis setiba di Arab Saudi. Menurut Razak, di Makkah sebenarnya ada penjual terasi, namun rasanya tak seenak terasi Madura.

"Di Makkah tak kekurangan makan, tapi bagi lidah Indonesia rasanya hambar. Makanya pasti bawa sambal terasi sendiri, juga ikan kering," tutur dia.

Namun tidak semua untuk bisnis, rokok, dan terasi juga buah tangan. Bila si jemaah haji punya saudara atau kenalan jadi mukimin di Arab Saudi, mereka pasti akan saling bertemu. Oleh-olehnya sebungkus rokok dan sepotong terasi untuk mengobati rindu kampung halaman.

 

Â