Sukses

Kasus Patah Tulang Jadi Keluhan Kedua Terbanyak Jemaah Haji Indonesia

Mengingat mayoritas jemaah haji Indonesia mayoritas berusia lanjut, mereka umumnya sudah mengalami osteoporosis.

Liputan6.com, Jakarta - Pada tahun 2019, kasus kedua terbanyak yang paling sering ditangani Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah adalah kasus fraktur atau patah tulang pada jemaah Indonesia.

Dilansir dari keterangan tertulis Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Senin (29/7/2019),  faktor usia, kelelahan dan lingkungan diduga menjadi penyebab utama peningkatan kasus fraktur jemaah haji Indonesia dibandingkan tahun tahun sebelumnya.

"Jadi karena faktor kelemahan tenaga yang udah kecapean lama berdiri, akhirnya terpeleset atau tersenggol sedikit jatuh," ujar Direktur KKHI Makkah dr Ali Setiawan, Sp.B.

Sementara itu, menurutnya, mengingat mayoritas jemaah haji Indonesia mayoritas berusia lanjut, mereka umumnya sudah mengalami osteoporosis, yaitu kandungan kalsium tulangnya kurang.

"Pasien traumanya terjatuh dengan posisi tangan menumpu. Dari 15 kasus, hampir 80 persen sampai 85 persen itu fraktur colles-nya terjadi di tangan kiri," kata dr. Faisal Lukman, Sp.B saat ditemui di KKHI Makkah.

Kemudian menurut dr Ali Setiawan, Sp.B, dari hasil diagnosis tim KKHI, kasus patah tulang bisa terjadi di berbagai lokasi.

"Kasus tersebut terjadi karena jemaah haji kehilangan keseimbangan tubuh. Umumnya lagi-lagi dipicu oleh kelelahan atau kekurangan cairan," ucap dr Ali.

Untuk kasus fraktur colles, kata dia, tim kesehatan KKHI akan melakukan reposisi fraktur tertutup dan pemasangan gips.

"Sedangkan untuk kasus-kasus yang membutuhkan intervensi operasi terbuka, seperti fraktur collum femur, KKHI kan merujuk ke salah satu rumah sakit Arab Saudi untuk dilakukan operasi," paparnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Minta Pasien Ikuti Dokter

Dikarenakan proses penyembuhan dan pemulihan kasus fraktur membutuhkan waktu tidak sebentar, maka dalam dua minggu pasien akan datang kembali ke KKHI.

Oleh sebab itu, Kepala Pusat Kesehatan, Dr dr Eka Jusup Singka, MSc meminta kepada para pasien agar bersabar dan tetap mengikuti proses pengobatan dari petugas kesehatan.

"Penanganan jemaah haji pascaoperasi akan memakan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu jemaah saya minta bersabar dengan kondisi ini," kata Eka.

Bagi calon yang sudah ditangani, masih bisa melakukan prosesi ibadah haji tetapi tentu dengan ditunjang alat bantu seperti tongkat atau kursi roda.

Agar kasus serupa tidak terjadi pada calon haji yang lainnya KKHI Makkah mengimbau jemaah haji untuk beristirahat saat kelelahan, menghindari dehidrasi, dan mengonsumsi makanan atau vitamin berkalsium tinggi.

“Jangan memaksakan diri untuk melakukan ibadah atau aktivitas lain secara berlebihan. Ukur kemampuan diri sendiri," pesan dr Ali.

 

(Nabila Bilqis)