Liputan6.com, Jakarta Puluhan ribu jemaah haji Indonesia berencana melakukan sunah tarwiyah. Jemaah yang ikut tarwiyah ingin menapak tilas perjalanan Nabi Muhammad SAW, dari Makkah ke Mina menempuh jarak sekira 14 kilometer (km). Usai itu, jemaah kembali ke Arafah untuk mengikuti wukuf.
Mengutip data yang diterima Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja Makkah, hingga Kamis (8/8/2019), pukul 15.00 Waktu Arab Saudi (WAS), jemaah haji yang ikut tarwiyah sebanyak 35.316 orang. Jemaah terdata karena melaporkan diri ke sektor masing-masing.
Baca Juga
Pelaksana Tugas Bimbingan Ibadah PPIH Arab Saudi Daker Makkah, Yendra Al Hamidy, mengatakan jika jumlah itu masih belum final. Pihaknya masih menunggu laporan jemaah yang ingin melakukan sunah tarwiyah.
Advertisement
Sementara, Kepala PPIH Arab Saudi Daker Makkah, Subhan Cholid, jamaah haji yang ingin melaksanakan sunah tarwiyah akan berangkat dari hotelnya di Makkah ke Mina pada Kamis (8/8) sore. Adapun batas akhirnya yaitu hingga Kamis (8/8) malam. "Kalau Jumat pagi sudah tidak bisa karena itu sudah jadwal jemaah haji dari Makkah yang ke Arafah," kata Subhan.
Menurut Subhan, para jemaah haji yang melakukan sunah tarwiyah akan menginap di tenda Mina. Mereka akan dilayani oleh pihak Maktab. "Makanan sudah tersedia di sana. Dilayani oleh pihak Maktab," kata Subhan.
PPIH Arab Saudi tak memfasilitasi jemaah haji yang ingin melaksanakan tarwiyah. Sebab, pemerintah berfokus pada pelaksanaan wukuf, yang tak lain puncak haji.
"Ada sebagian jemaah yang akan melaksanakan tarwiyah yang merupakan salah satu sunah dalam ibadah haji. Namun, pemerintah Indonenesia tak melaksanakan, mengagendakan, dan memprogramkan pelaksanaan ibadah tarwiyah untuk seluruh jamaah haji Indonesia," kata Subhan.
Dia menuturkan alasan pertimbangan pemerintah dalam hal ini adalah pelaksanaan tarwiyah berlangsung pada 8 Dzulhijah atau satu hari menjelang wukuf di Arafah. Sementara itu, wukuf di Arafah adalah rukun haji dengan waktu yang sangat pendek. "Dengan pertimbangan keabsahan haji, pemerintah berkonsentrasi pada rukun hajinya yaitu wukuf di Arafah," jelas Subhan.
Menurut dia, jika PPIH berkonsentrasi pada tarwiyah, dikhawatirkan ada sebagian jamaah karena satu dan lain hal tidak bisa melaksanakan wukuf. Maka, tarwiyah menjadi pilihan bagi jamaah, pemerintah tidak melaksanakan prosesi tarwiyah itu sendiri.
Hal yang Perlu Diketahui tentang Tarwiyah Jelang Wukuf di Arafah
Para jemaah haji kerap melaksanakan hari Tarwiyah saat menjelang wukuf di Arafah. Sunnah Tarwiyah adalah berdiam di Mina pada 8 Dzulhijjah lalu menuju Arafah pada 9 Dzulhijjah. Jemaah yang akan melaksanakan Tarwiyah, berangkat dari hotel menuju Mina pada 7 Dzulhijjah.
Menurut Dr Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya, tanya jawab soal Haji dan Umrah, dia mengungkapkan jemaah haji sunnah melakukan tarwiyah.
"Bermalam di Mina hukumnya pun sunnah. Menunaikan shalat Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Shubuh di Mina juga sunnah. Jadi, bukan termasuk rukun ataupun kewajiban haji," tulis dia.
Dia menegaskan, meninggalkan hal-hal yang sunnah itu bukan dosa, dan tidak bisa disalahkan, apalagi dalam keadaan sulit. Andaikan musafir langsung pergi ke Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah itu pun sudah memadai, dan Allah SWT berkenan menerimanya.
Namun begitu, pemerintah tidak memfasilitasi pelaksanaan hari tarwiyah tersebut. Hal ini lantaran waktu yang tidak memungkinkan.
“Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan tidak melaksanakan tarwiyah, karena waktunya sangat pendek dan perlu energi yang sangat besar. Sehingga, berpotensi ada jemaah haji yang tidak bisa melanjutkan perjalanan atau kesulitan melaksanakan wukuf di Arafah,” terang Kepala Daker Makkah Subhan Cholid di Makkah, Sabtu 27 Juli 2019.
“Karena itu, pemerintah konsentrasi untuk memfasilitasi pelaksanakan wukuf di Arafah. Jemaah haji akan memulai perjalanannya mulai 8 Dzulhijjah langsung menuju Arafah,” sambungnya.
Advertisement