Liputan6.com, Jeddah - Semringah, tampak dari wajah keduanya. Berjalan cepat menghampiri kami, seraya mengucapkan salam dan menjabat tangan.
Nasim Ayub bersama sang keponakan Shahzad Khan, nama mereka. Keduanya merupakan warga Muslim Amerika yang berkesempatan menunaikan ibadah haji ke Arab Saudi.
Baca Juga
Difasilitasi Konsulat Jenderal Amerika Serikat (AS) di Jeddah, Tim Media Center Haji Panitia Penyelenggara Ibadah Haji 2019 berkesempatan mewawancarai keduanya, pada Kamis malam (16/8/2019).
Advertisement
"Kami baru saja dari Makkah, Madinah, Arafah dan Mina untuk berhaji. Sebagai warga Muslim Amerika itu merupakan perjalanan yang menakjubkan,"Â ujar Shahzad mengawali perbincangan.
Tak hanya paman, pria berumur 34 tahun ini berhaji bersama orang tua dan bibinya. Berangkat dari Minneapolis, Minnesota. Anggota keluarganya adalah imigran dari India dan Pakistan. Datang ke Amerika sekitar tahun 1970-an.
Sang paman, Nasim menceritakan proses yang harus mereka lalui untuk berhaji sangat mudah. Diawali mendaftar pada agen perjalanan bernama Dar El Salam. Kemudian menyiapkan berbagai dokumen pelengkap.
"Jadi hanya sekitar 2 bulan untuk menyelesaikan semuanya," tutur dia.
Soal biaya disebutkan tergantung pada paket yang ingin jemaah haji dapatkan. Dengan biaya termurah sebesar USD 10 ribu sampai yang termahal USD 18 ribu.
Biaya berbeda karena mengacu pada fasilitas yang diberikan agen perjalanan. Mulai dari penerbangan, penginapan maupun akomodasi lain seperti tenda saat di Arafah dan Mina.Â
Namun keduanya mengaku tak terlalu memikirkan fasilitas. Tetapi lebih fokus pada tujuan ibadah. Dua minggu menjadi batas waktu mereka bisa tuntas menunaikan rangkaian ibadah haji di Makkah, Madinah dan lokasi lainnya.
"Kami tidak mencari yang mewah, yang kami inginkan hanya pengalaman ibadah spiritual. Tidak ingin memikirkan dapat air bersih atau lainnya hanya ingin fokus ibadah," jelas Shahzad.
Pemerintah Amerika dinilai memberikan dukungan penuh selama perjalanan haji keduanya. Sejak awal hingga tiba di Arab Saudi.
Â
Â
Pengalaman Spiritual
Shahzad menuturkan berhaji menjadi perjalanan spiritual yang sangat menakjubkan. Bisa langsung berhubungan dengan sang pencipta dengan keterbatasan bahasa. Inggris, menjadi bahasa ibu Shahzad sejak lahir.
Demikian pula, Nasim menuturkan, kebahagiaan bisa bertemu dengan warga Muslim dari belahan dunia lain. Bersama-sama menyerahkan diri kepada Tuhan yang satu, Allah SWT.
"Hal yang menghubungkan kami adalah sesama Muslim dan saya melihat semua menyembah tuhan yang sama. ini pengalaman yang sangat indah, dan besar," ujar dia terharu.
Bukan kali pertama sebenarnya bagi Nasim ke Tanah Suci. Beberapa tahun lalu dia mengaku pernah pergi umroh dan sempat berdoa meraih kesuksesan di Tanah Amerika.
"Saya kembali ke sini (Tanah Suci) saat sudah sukses. Jadi ini seperti full circle dan menjadi pengalaman sangat emosional buat saya secara pribadi. Seca spiritual dengan Tuhan. Di mana saya mengangkat tangan ke Tuhan dan berdoa," ujarnya.
Keduanya berharap kepergian ke Tanah Suci menjadikan diri mereka menjadi manusia lebih baik. Tak hanya meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Namun juga terkait hubungan dengan sesama manusia. Baik dengan keluarga, tetangga, sesama Muslim maupun komunitas warga lainnya.
Â
Advertisement