Liputan6.com, Jeddah - Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya. Pepatah lama ini menggambarkan bila setiap negeri atau bangsa memiliki adat dan kebiasaan yang berbeda. Salah satunya menyangkut urusan perut atau makanan.
Bicara soal makanan, bagi sebagian besar yang baru datang ke Arab Saudi, seperti jemaah haji, kuliner bisa menjadi hal baru. Mulai dari perbedaan rasa, cara memasak hingga penyajian makanan tersebut.
Baca Juga
Namun tak lengkap rasanya bila bertandang ke negeri gurun ini, tanpa mencicipi sekecap saja makanan khasnya.
Advertisement
Sebenarnya tak jauh berbeda dengan Indonesia. Nasi menjadi makanan utama masyarakat Arab. Adalah nasi khabsah, bukhari mandi dan hashi yang bisa dinikmati selama di Saudi.
Makanan utama ini gampang ditemui terjaja di pinggir jalan baik di Makkah, Madinah, Jeddah dan wilayah lainnya.
Bahan dasar dari nasi khas Arab sama, yakni berasmati. Meski sama-sama berbahan dasar beras dan rempah, terdapat sedikit perbedaan dari cara memasak kuliner nasi ini.
Sopiin Mujib, salah satu warga Indonesia yang telah tinggal di Arab Saudi mencontohkan seperti nasi bukhari. Nasi ini dimasak dengan cara biasa usai diberi bumbu dan pewarna.
Biasanya kemudian ditambahkan kismis atau bijian lain sebagai pelengkap. Serta daging ayam, kambing hingga kadal sebagai menu lauknya. Nasi ini biasanya berwarna merah.
Sementara nasi mandi. Cara memasaknya sedikit lebih rumit. Ditanak memakai bara dalam tanah, dibumbui kaldu atau tetesan minyak kambing atau ayam.
Sebagai pelengkap biasanya memakai wortel dan kismis. Dibanding nasi lainnya, Nasi Mandi berwarna paling terang dan memiliki rasa paling lembut.
Nasi khabsa. Dimasak dengan bumbu rempah yang digoreng. Usai itu ayam atau kambing dimasukkan ditambah air dan beras. Serta ditanak memakai kaldu. Nasi ini biasanya berwarna kecoklatan.
Adapula Nasi Hashi atau nasi onta. "Nasi ini dimasak biasa tapi proses perebusan ontanya mencapai 18 jam," jelas petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) 2019 ini.
Sementara untuk harga, menu paling mahal di antara nasi Arab adalah nasi onta. Harganya mencapai 85 riyal Arab Saudi (SAR).
Kemudian nasi mandi lebih mahal dibandingkan bukhari. "Namun kalau yang banyak dijual itu nasi bukhari," ujar warga Indonesia lainnya yang juga sudah lama tinggal di Arab Saudi, Nur Makiya.
Penyajian
Selain soal pemasakan, ada yang harus diketahui dari cara penyajian menu nasi khas Arab. Yakni porsinya yang sangat besar.
Biasanya disajikan dalam satu piring besar berbahan dasar kaleng atau lebih nampak seperti nampan untuk sekali penyajian.
Bagi masyarakat Indonesia, satu porsi bisa untuk makan 2 sampai 3 orang. Kebiasaan lain saat makan nasi Arab di restoran, penjual akan memberikan plastik sebagai alas nasi buat pengunjung.
Saat menikmati nasi ini, masyarakat Arab selalu melengkapinya dengan minuman bersoda. Ini seakan sudah menjadi keharusan, agar makan menjadi lebih nikmat.
Adapula sajian cabai hijau besar, dan sayuran serta bawang bombay potongan.
Haji asal Embarkasi Jakarta Kloter 15 Ahmad Muhibbudin mengaku sangat menikmati nas khas Arab ini.
"Rasanya unik tidak pedes. Kalau mau pedes ngeletus cabe aja," jelas dia.
Aroma rempah dari kuline ini ikut membuat lidahnya bergoyang. Saat menikmati keempukan daging seakan jadi pelengkap. "Coba nasi ini karena bosen nasi katering," dia menandaskan.
Jadi, bila Anda sedang bertandang ke Arab Saudi tak ada salahnya mencoba kuliner khasnya ya.
Advertisement