Liputan6.com, Jakarta Prediksi puncak penyebaran virus corona di sekitar bulan Ramadan menjadi kekhawatiran para tenaga medis di Inggris. Setidaknya tiga juta umat muslim di Inggris akan menjalankan ibadah puasa lalu buka bersama.
Seorang konsultan di Rumah Sakit Queen Elizabeth di Birmingham bahkan mengklaim bahkan di bulan Ramadan nanti ada lebih banyak interaksi sosial selama bulan suci Ramadan yang dapat meningkatkan kasus COVID-19.
Baca Juga
"Orang-orang secara tradisional berkumpul untuk berdoa dan berbuka puasa saat matahari terbenam dengan teman dan tetangga, yang dapat menyebabkan lonjakan besar dalam infeksi," kata Dr Adnan Sharif, dikutip Dailymail.
Advertisement
Peringatannya tentang Ramadan membuat keprihatinan dari British Medical Association (BMA).
BMA baru-baru ini meluncurkan penyelidikan mengapa orang-orang dari latar belakang populasi di Inggris (BAME) lebih rentan terhadap kondisi pernapasan.
Berbicara kepada The Times, Dr Adnan mengatakan, "Beberapa pasiennya yang muslim biasanya tinggal di lingkungan rumah yang banyak hunian, di mana kakek nenek, orang tua dan anak-anak semuanya tinggal di rumah yang sama dan ada banyak kegiatan bersama."
Sementara Ramadan adalah bulan mulia yang dianggap sebagai salah satu dari lima rukun Islam.
"Ada kekhawatiran bahwa peningkatan rasa kebersamaan ini dapat menyebabkan orang melanggar aturan jarak sosial," katanya.
Bagaimana solusinya?
Dengan perkembangan zaman yang serba teknologi, kini beberapa kelompok sudah menjadwalkan bukber secara virtual. Sehingga orang-orang masih bisa merayakan tradisi bukber tanpa melanggar aturan social dan physical distancing serta membahayakan orang lain yang berisiko.
Ramadan Tent Project mengatakan kegiatan bukber virtual ini tentunya sangat membantu orang berbuka puasa tanpa kehilangan kontak dengan orang lain namun tetap aman.
Tahun ini, orang-orang bisa merayakannya di rumah dengan orang terkasih, sembari beribadah, bahkan bisa ikut serta acara-acara virtual yang diadakan organisasi berbeda di penjuru negeri atau di seluruh dunia.
Hal tersebut tentunya membuat haru para pemimpin atas ketersediaan umat muslim berpartisipasi dalam aksi pencegahan penularan Covid-19.
Advertisement