Sukses

Muslim Inggris Bersiap Jalani Ramadan yang Tak Biasa Saat Corona COVID-19

Di Inggris, Dewan Muslim Inggris (MCB) menyerukan penangguhan semua kegiatan jamaah di masjid-masjid dan pusat-pusat Islam akibat virus corona.

Liputan6.com, London - Di masjid Finsbury Park di London utara --yang pernah menjadi buah bibir ekstremisme, sekarang menjadi model toleransi dan penjangkauan masyarakat-- malam pertama Ramadan menandai satu bulan doa bersama, makan, dan kegiatan amal.

Sekitar 2.000 orang menghadiri doa setiap hari. Relawan berdesakan di dapurnya untuk menyiapkan buka puasa untuk 300 orang setiap malam.

Tapi hal itu tidak akan terjadi pada Ramadan tahun ini.

"Kami akan merindukan semua itu," kata Mohammed Kozbar, sekretaris jenderal masjid, seperti dikutip dari the Guardian, Minggu (19/4/2020).

Gerbang gedung terkunci, dengan hanya penjaga keamanan yang berpatroli di ruang salat dan ruang komunitas. "Saya mengunjunginya pekan lalu. Sangat memilukan melihatnya kosong dan sunyi," kata Kozbar.

Sekitar 1,8 miliar muslim di seluruh dunia sedang menghadapi periode paling penting dari tahun Islam, bulan suci Ramadan, yang dimulai minggu ini.

Namun tahun ini, itu semua harus dilaksanakan di bawah pembatasan jarak dan aktivitas sosial karena pandemi global virus corona.

Masjid-masjid di sebagian besar negara ditutup dan pertemuan dilarang.

Situs suci Mekah dan Madinah di Arab Saudi berada di bawah jam malam. Masjid al-Aqsa dan Dome of the Rock di Kota Tua Yerusalem ditutup dan salat berjamaah ditunda.

Di Inggris, Dewan Muslim Inggris (MCB) menyerukan penangguhan semua kegiatan jamaah di masjid-masjid dan pusat-pusat Islam pada 16 Maret 2020, seminggu sebelum pemerintah mengumumkan semua tempat ibadah harus ditutup di bawah perintah lockdwon.

Pada hari Jumat, Dewan Penasihat Nasional Masjid dan Imam Inggris mengatakan tempat peribadatan Islam akan tetap ditutup selama bulan Ramadan hingga kebijakan pembatasan sosial dikunci.

"Akan dianggap sangat tidak bertanggungjawab untuk salat tarawih atau mengadakan pertemuan keagamaan selama bulan Ramadan ini di setiap masjid atau rumah dengan orang-orang yang bukan anggota rumah tangga langsung," kata Qari Asim, seorang imam dari Leeds dan ketua dewan.

"Selama epidemi, keinginan untuk melakukan salat berjamaah di masjid menjadi prioritas kedua setelah menyelamatkan nyawa."

Bagi umat Islam, tidak dapat ikut serta dalam sholat berjamaah dan berbuka puasa bersama keluarga dan teman-teman selama Ramadan adalah "tantangan emosional, frustrasi, dan alienasi budaya," tambahnya.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Ramadan yang Tak Biasa

Shelina Janmohamed, penulis Generation M: Young Muslims Changing the World dan wakil presiden pemasaran Islam di Ogilvy Consulting, mengatakan: "Ini akan menjadi Ramadan yang paling tidak biasa dalam hidup saya dan saya pikir dalam memori hidup umat Islam di seluruh Inggris."

Seperti agama lain, umat Islam menggunakan teknologi untuk memenuhi tantangan pembatasan jarak dan aktivitas sosial. Doa-doa Ramadan dan majelis Al-Qur'an malam hari akan dilaksanakan online, dan penggalangan dana untuk amal juga akan digital. Platform seperti Zoom diharapkan menjadi alat untuk pesta buka puasa.

Paraa sarjana Islam tentang membuat panduan pembebasan puasa bagi orang-orang yang rentan terhadap virus corona. Muslim yang bekerja lama dalam layanan esensial akan "perlu pragmatis dalam pendekatan mereka" untuk berpuasa, kata Harun Khan, sekretaris jenderal MCB.

"Ramadan ini akan lebih lambat. Itu akan memberi kita lebih banyak waktu untuk refleksi dan kesempatan untuk lebih dekat dengan Tuhan," katanya. Alih-alih mengunjungi masjid yang berbeda setiap hari, Khan akan menghabiskan Ramadan di rumah bersama keluarga dekatnya.

Masjid di Finsbury Park akan menyiarkan kuliah dan doa, menawarkan konseling online dan mengatur anggota untuk mengambil makanan untuk staf di rumah sakit terdekat.

"Pembatasan ini adalah sesuatu yang baru bagi kami, seperti orang lain. Ini adalah waktu yang sangat sulit, tetapi kami ingin melakukan bagian kami."