Liputan6.com, Jakarta - Ramadan tak seperti tahun-tahun sebelumnya. Begitulah deskripsi yang acap kali disuarakan sebagai representasi bulan suci yang datang di masa pandemi corona COVID-19. Adaptasi pun dilakukan dengan mengorbankan berbagai rutin selama Ramadan.
Tak ada lagi tarawih atau salat berjemaah lain di masjid, pun sama halnya dengan buka bersama. Pasar-pasar kaget yang biasanya bermunculan saat Ramadan pun tak hadir sesemarak tahun-tahun sebelumnya.
Advertisement
Baca Juga
Selintas terdengar miris, namun kondisi ini, berdasarkan laporan Says, diprediksi akan punya dampak baik di angka sampah makanan. Ya, sudah jadi rahasia umum bahwa Ramadan adalah waktu di mana sampah makanan bisa melonjak.
Kebiasaan 'lapar mata' padahal bisa berbuka puasa dengan menu sederana sudah disinyalir jadi biang kerok di balik kebiasaan buruk tersebut. Namun, dengan pembentukaan kebiasan baru, yakni masak sendiri di rumah, kemungkinan makanan mubazir diperkirakan akan berkurang.
Menurut Malay Mail yang dilansir Sabtu, 25 Februari 2020, setidaknya peningkatan sampah makanan yang terjadi di negara-negara Muslim saat Ramadan mencapai 10--15 persen, beberapa bahkan sampai 30 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kebaikan Lain di Ramadan
Berdasarkan laporan Rojak Daily, Co-Founder Zero Waste Malaysia, Khor Sue Yee mengatakan bahwa produk sampah dari pasar-pasar kaget Ramadan, sekian persennya tercatat terbuang ke laut.
Fenomena ini akan meningkatkan jumlah mikro plastik yang akan melewati jumah plankton sebagai makanan utama bioata laut. Seiring sampah yang diperkirakan berkurang d Ramadan ini, risiko pencemaran laut pun otomatis berkurang.
Puasa di tengah berbagai keterbatasan bukan berarti kehilangan makna. Dengan menenapkan kebiasaan minim sampah, menghabiskan makanan, dan tak memasak secara berlebih pun bisa jadi kebaikan lain di Ramadan, tak hanya untuk diri sendiri, namun juga ibu Bumi.
Advertisement