Sukses

Imbalan bagi Orang yang Merahasiakan Puasa

Puasa adalah ibadah yang sifatnya rahasia. Lantas, kenapa kita perlu merahasiakan puasa?

Liputan6.com, Jakarta Menjalani puasa di bulan Ramadan hukumnya wajib bagi umat Islam, kecuali bagi orang sakit atau seseorang yang memiliki kondisi tertentu.

Namun dalam sebuah hadits qudsi, Allah SWT menyatakan bahwa urusan pahala puasa adalah urusan pribadi hamba dengan Allah swt. Oleh karena itu, puasa adalah ibadah yang sifatnya rahasia. Lantas, kenapa kita perlu merahasiakan puasa?

Dai milenial, Habib Husein Ja'far Al Hadar mengatakan, puasa adalah salah satu pembelajaran tentang tingkatan tertinggi dalam islam yakni Islam, Iman, Ihsan.

Dalam riwayat muslim dikatakan, tingkatan Islam ketika engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadan dan pergi haji jika mampu.

Sedangkan Iman, ketika engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.

Dan Ihsan adalah tingkatan tertinggi dalam derajat keislaman. Dalam riwayat muslim, Ihsan adalah ketika seseorang beribadah kepada Allah seakan-akan orang lain tidak melihatnya.

"Puasa adalah ibadah yang sifatnya rahasia. Hanya kita dan Allah saja yang mengetahuinya. sehigga misalnya jika kita mau tidak berpuasa maka setiap orang bisa melakukannya tanpa diketahui orang lain," kata Direktur Cultural Islamic Academy Jakarta, dan Aktivis di Gerakan Islam Cinta tersebut dalam video yang diunggah di channel YouTubenya, Jeda Nulis.

Menurutnya, ketika beribadah, bangunlah kesadaran. "Allah ada di tempatmu. Allah selalu melihatmu. Dan puasa mengajarkan kita menjadi pribadi yang Ihsan."

"Kita diawasi oleh Allah, sampai kita menyadari bahwa Allah seolah-olah ada di depan kita, sehingga kita tidak melakukan perilaku buruk. Sebab ironi manusia yang menutupi keburukan, padahal mereka tahu Allah selalu melihatnya. Maka puasa mengajarkan, bahwa Allah mengetahui apa yang kita rahasiakan, baik keburukan, apalagi kebaikan. Tidak berharap kebaikan yang kita lakukan mendapat pandangan dari manusia sebab yakin Allah akan memberikan balasan," ujarnya.

 

2 dari 2 halaman

Kebaikan untuk diri sendiri

Peminat Studi Agama dan Filsafat dan Direktur Lembaga Study of Philosophy (Sophy), Jakarta ini juga mengatakan, segala kebaikan yang kita lakukan sepenuhnya adalah untuk diri kita sendiri, bukan untuk orang lain. Sehingga ketika kita merahasiakan ibadah, sesungguhnya Allah lebih tahu.

"Yang perlu orang ketahui bukan ritual yang kita lakukan, bukan kebenaran yang ada dalam hatimu. Tak perlu orang lain tahu, betapa kamu bangun di tengah malam untuk tahajud. Tapi karena outputnya adalah kebaikan, maka, tunjukkan dirimu sebagai seorang yang benar, dengan berlaku baik pada orang lain. Tidak perlu Anda menceramahkan, meneriakkan kebenaran, yang terpenting tunjukkan kebenaran itu sebagaimana ajaran Nabi," ujarnya.

"Orang mengikuti jalan kebenaran Nabi, bukan karena nabi menjelaskan agama secara rasional. Tapi Nabi selalu menunjukkan attitude, keteladanan, tingkah laku baik sehingga orang simpati dengan kebaikan," katanya melanjutkan.

Percayalah bahwa seluruh amalan kebaikan sekecil apapun akan mendapat balasan. Dan puasa mengajarkan kita fokus pada amalan, betapa orang lain tidak perlu tahu. "Hanya kita yang mengetahuinya dalam hati. Gunanya untuk memperbaiki hati kita secara keseluruhan," katanya.

Semoga puasa akan membawa kita pada kebaikan berupa keringanan tangan, kebaikan bertutur kata, hal positif, serta ikatan cinta kasih yang semakin baik setiap harinya.