Sukses

Khalifah Umar dan Sarung Robeknya yang Tertambal

Setelah Abu Bakar wafat, amanat kehalifahan selanjutnya dipegang oleh Umar bin Khattab.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah Abu Bakar wafat, amanat kehalifahan selanjutnya dipegang oleh Umar bin Khattab. Dia terpilih berdasarkan keputusan dari Abu Bakar dan disetujui kaum muslimin. Mereka membaitnya secara umum di masjid. Umar pun menerima amanah kekhalifahan itu meski tidak menyukainya.

Dia lantas menaiki mimbar Nabi dan kemudian menghadap ke arah kaum muslimin untuk berpidato.

"Wahai manusia, sesungguhnya saya diangkat sebagai pemimpin. Seandainya bukan karena adanya harapan agar saya menjadi yang terbaik untuk kalian, yang terkuat atas kalian, dan yang paling kuat memikul urusan kalian, saya tidak akan bersedia menjadi pemimpin kalian. Cukuplah bagi Umar untuk menunggu hisab," ujar Umar seperti dinukil dari buku 10 Shahabat yang dijamin masuk surga, karya Abdus Sattar Asy-Syaikh.

Umar pun melanjutkan pidatonya. "Sesungguhnya Allah menguji kalian dengan diangkatnya saya sebagai pemimpin, dan menguji saya dengan kalian, Allah menetapkan saya memimpin kalian setelah dua sahabatku tiada, demi Allah, tidaklah datang padaku sesuatu perkara kalian lalu aku mengurusnya, dan tidaklah sesuatu itu tampak olehku lalu tidak memberikan balasan setimpal dan tidak amanah. Kalau mereka berbuat baik, akan saya balas dengan kebaikan kalau mereka melakukan kejahatan, terimalah bencana yang akan saya timpakan kepada mereka," kata Umar.

Kemudian Umar pun menengadahkan tangan untuk berdoa dan meminta kaum muslimin untuk mengamininya. "Ya Allah, saya ini sungguh keras maka lunakkanlah hatiku, ya Allah saya sangat lemah, maka berilah kekuatan, ya Allah saya ini kikir, maka jadikanlah aku orang yang dermawan dan bermurah hati," doa Umar.

Umar menjabat sebagai khalifah kaum muslimin dalam rentang waktu yang cukup lama tanpa mendapatkan gaji dari Baitul mal. Hingga dia mengalami kondisi yang sulit. Ia lantas bermusyawarah dengan para sahabat Rasulullah.

Umar bertanya, "Saya telah bekerja dalam urusan ini, apa yang pantas saya terima? Ustman menjawab, "makanlah dan beri makanlah dari Baitul mal. Lalu Umar bertanya kepada Ali bin Abi Tholib, bagaimana menurutmu? Ali menjawab, ambillah untuk makan siang dan makan malam, maka Umar pun mengambil untuk keperluan itu.

Umar menceritakan kondisinya setelah kaum muslimin menetapkan untuk mengatur jumlah gaji. "Halal bagiku 2 potong pakaian, 1 untuk musim dingin dan satu lagi untuk musim panas. Juga pakaian untuk haji dan umrah, makananku dan makanan keluargaku sama dengan makanan seorang Quraisy yang bukan dari golongan kaya dan miskin, selebihnya saya hanyalah salah satu dari kaum muslimin mengalami apapun yang mereka alami," kata Umar.

"Saya memposisikan diri di hadapan harta milik Allah seperti memandang harta anak yatim, jika saya telah merasa cukup, tidak menggunakannya. Jka membutuhkan, saya menggunakannya dengan cara yang baik," ucap Umar bin Khattab.

Kondisi tersebut berlanjut tanpa ada perubahan meskipun harta yang melimpah berserakan dihadapannya dan kekayaan ke kaisaran Persia berada di bawah kekuasaannya. Putranya Umar, Abdullah mengatakan, sang ayah memberi makan dirinya dan keluarga serta memakai pakaian di musim panas yang diambil dari Baitul mal.

Apabila ada sarungnya yang robek dia segera menambalnya. Dia tidak menggantinya hingga datang masa yang baru meski perolehan harta pada tahun itu melimpah. "Pakaiannya sepanjang yang saya tahu, lebih jelek daripada tahun lalu," ujar Ibnu Umar.

Hafsah pernah mempertanyakan hal itu. Umar menjawab, "Saya mendapat pakaian dari harta kaum muslimin ini sudah cukup bagiku."

Jika Umar memiliki suatu kebutuhan, langsung mendatangi penjaga Baitul mal dan berhutang kepadanya. Bahkan seringkali dalam keadaan sulit, ia didatangi penjaga Baitul maal untuk menagih hutangnya.

Umar pun meminta penjadwalan ulang untuk pelunasan tanggungannya, dan terkadang ketika gajinya keluar langsung digunakan untuk membayar hutang.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

4 Tambalan Pakaian Umar

 

Dalam hal berpakaian, Umar mengenakan kain yang kasar dan tebal. Tidak ada yang membedakannya dari orang lain padahal dia seorang amirul mukminin. Anas bin Malik berkata, "saya pernah melihat di bagian pundak dari pakaian Umar terdapat 4 tambalan.Abu Usman Al Nahdi meriwayatkan, "Saya melihat Umar bin Khattab melakukan tawaf di baitullah, dia mengenakan sarung yang memiliki 12 tambalan salah satunya dengan kulit berwarna merah."

Ketika Allah mendatangkan kelapangan rizki, banyak wilayah yang berhasil ditaklukan oleh kaum muslimin sehingga harta rampasan melimpah ruah. Itu semua tidak mengubah gaya hidup Umar bin Khatta, baik dari segi makanan maupun pakaian.

Pada suatu hari, dia naik ke mimbar menghadap ke jamaah dan berkata dengan suaranya lantang. "Dengarkanlah, semoga Allah merahmati kalian. Tiba-tiba dari salah satu saf terdengar suara Salman. Demi Allah kami tidak mau mendengar, demi Allah kami tidak mau mendengar.

Umar terkejut dan bertanya padanya, kenapa begitu wahai Salman? Jawab Salman, "Engkau membedakan dirimu dari kami, wahai Umar. Engkau memberi kami masing-masing 1 kain sementara engkau mengambil 2 kain.

Umar lalu mengedarkan pandangannya mencari seseorang, mana Abdullah bin Umar? Abdullah pun berdiri. Umar lalu bertanya padanya, siapa pemilik kain yang satunya? Abdullah menjawab saya wahai Amirul mukminin. Umar lalu menghadap ke jemaah terutama ke arah Salman dan berkata, "sesungguhnya saya seperti yang kalian ketahui memiliki tubuh yang tinggi. Kain yang saya dapat ukurannya pendek, maka Abdullah memberikan kainnya kepada saya. Saya pun menyambungkannya ke kain ini."

Jabawab Umar pun telah membuat kedua mata Salman berkaca-kaca oleh air mata kebahagiaan. Dia dan para hadirin lalu berkata, "sekarang bicaralah wahai Amirul mukminin, kami akan mendengar dan patuh."