Sukses

Kisah Petugas Medis UAE Jalani Ramadan Selama Pandemi Corona COVID-19

Berikut adalah kisah haru dari petugas medis di Uni Emirat Arab, yang menjalani ibadah puasa Ramadan, saat pandemi Virus Corona COVID-19 masih berlangsung.

Liputan6.com, Jakarta- Sebuah kisah haru mengenai petugas medis UAE yang menjalani ibadah puasa Ramadan saat pandemi Virus Corona COVID-19 di Uni Emirat Arab tengah menarik perhatian media negara itu.

Cerita itu dibagikan oleh Khaleej Times yang berbicara dengan beberapa pekerja medis Muslim, yang telah memilih untuk berpuasa di bulan suci Ramadan, bahkan ketika dengan tugas berat untuk menangani pasien Corona COVID-19 setiap hari.

Seorang ahli endokrinologi, Rahila Bhatti, (43 tahun) di Mediclinic Parkview Hospital, telah melayani sebagai dokter penanggung jawab ruang perawatan Corona COVID-19 selama beberapa minggu terakhir.

Seorang dokter yang berkebangsaan Pakistan-Inggris itu mengenakan APD-nya sebagian besar waktu kerja selama shift 9 sampai 10 jam, dan ibu dari tiga anak itu tetap bersemangat untuk berpuasa. Dr. Rahila mengatakan bahwa ia memilih untuk berpuasa karena memberinya kekuatan untuk mengatasi stres, emosional, mental dan fisik, dalam menangani kasus positif  Corona COVID-19.

Dalam ceritanya, Dr. Rahila mengatakan bahwa kadang-kadang ia mendapatkan inspirasi dari pasien positif Corona-nya, yang sakit dan dipulangkan.

"mereka memilih untuk berpuasa karena mereka mengatakan itu membantu mereka mengatasi penyakit, " tutur Dr. Rahila.

Selain pasien yang memotivasinya untuk berpuasa, Dr. Rahila mengatakan bagian tersulit dari pekerjaanya itu adalah harus menjauh dari keluarga. 

Namun di tengah kesibukannya itu, anak dari Dr. Rahila yang bernama Anas, menyemangatinya dengan memberikan surat yang menghangatkan hati berjudul "I love you mom." Surat itu pun dikatakan Dr. Rahila mengambil semua perasaan stressnya dan hilang rasa lelah, serta mengajarkannya untuk tetap kuat dan tangguh, seperti dikutip dari Khaleej Times, Senin (4/5/2020). 

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

12 Jam Mengenakan APD

Seorang perawat Mesir berusia 26 tahun, Mohamed Nabil Al Shafei yang bekerja di bagian gawat darurat (UGD) di Prime Hospital, merasa senang dia bisa memberikan waktu dan energi untuk melayani orang-orang.

Mohamed juga merupakan adalah salah satu petugas kesehatan garis depan yang menerima pasien Virus Corona COVID-19 dari ambulans ke UGD Prime Hospital. 

Di rumah sakit tempatnya bekerja, ada beberapa pasien sudah didiagnosis dengan virus, sementara untuk yang lain masih mejalankan scan dan tes untuk membantu diagnosis. Karena tidak dapat menentukan pasien mana yang positif Virus Corona COVID-19 atau tidak, Mohamed menceritakan bahwa ia harus berada dalam APD untuk 12 jam saat bertugas.

Mohamed telah berpuasa sejak usia muda dan puasa tidak memiliki jadwal 12 jam. Ia membagikan, bahwa hal itu sulit namun ia tidak keberatan dengan kesempatan yang ia dapatan untuk melayani para pasien selama masa-masa sulit ini. 

Dalam ceritanya, Mohamed menyampaikan bahwa kesibukannya sulit untuk mendapatkan waktu pergi berbuka puasa atau sholat, namun berkat bantuan sejumlah rekan non-muslimnya, Mohamed dapat bergiliran dengan mereka setidaknya selama 20 menit untuk berbuka puasa dan sholat. 

Namun ia menambahkan bahwa tugas harus selalu didahulukan. "Aku harus menyelesaikan makan sahur atau berbuka puasa dalam hitungan menit, tetapi itu tidak apa-apa," kata Mohamed.

Cerita haru lainnya juga didapatkan dari Spesialis Penyakit Dalam dan kepala departemen darurat di Aster Hospital Mankhool, Dr. Mustafa Saif, mengelola tim 10 dokter dimana semuanya berpuasa. Namun, Dr. Mustafa tetap bersemangat untuk melakukan tugasnya dan juga meluangkan waktu untuk sholat.

Dr. Mustafa mengatakan bahwa rumah sakit membagikan makanan individu Iftar dan Sahur kepada semua staf yang hadir di fasilitas itu. Tetapi, agak sulit untuk beribadah tepat waktu saat mereka bekerja di bangsal pasien Virus Corona, dengan mengenakan APD, menurut ceritanya. 

Dr.Mustafa juga mengatakan, "Kami melihat lebih banyak kasus infeksi pernafasan atau dugaan kasus COVID-19 sebelum Ramadan. Secara bertahap, jumlah orang yang berpergian turun dengan adanya langkah-langkah ketat.

Saat ini, setelah pelepasan sebagaian dari lockdown,kemungkinan terlihat peningkatan jumlah orang yang berpergian lagi. Dr. Mustafa menyampaikan bahwa ia menerima rata-rata dari 20 hingga 25 kasus orang yang diduga mengalami CoronaCOVID-19 setiap harinya.