Sukses

Berkah Teknologi Saat Ramadan di Tengah Lockdown Corona COVID-19 Malaysia

Banyak pelajar Malaysia yang tak diizinkan pulang selama masa lockdown pada bulan Ramadan. Hal ini menyusul kebijakan pemerintah untuk melawan pandemi Corona COVID-19.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Mahasiswi dari Universiti Malaya Nurfatihah, Noor Azhar Shah, melakukan panggilan video setidaknya dua hingga tiga kali sehari untuk tetap berhubungan dengan keluarganya di Penang selama bulan Ramadan.

Dia pindah dari kampus Petaling Jaya dan menyewa tempat ketika Movement Control Order (MCO) dimulai.

Sebab, para siswa tidak diizinkan untuk kembali ke kampung halaman mereka pada waktu itu, meskipun pemerintah sejak itu telah memberikan izin bagi mereka untuk melakukan perjalanan kembali dalam batch (waktu bergilir).

Bahkan, neneknya meneleponnya secara teratur, katanya menambahkan. "Dia biasanya suka bertanya tentang apa yang akan saya masak untuk hari itu."

Nurfatihah bersemangat untuk membuat hidangan berbuka puasa, demikian dikutip dari laman The Star, Selasa (5/5/2020).

"Ramadan bukan hanya tentang tidak makan atau minum sebelum matahari terbenam pada hari itu, karena juga penting untuk menahan diri dari mengatakan atau melakukan sesuatu yang dianggap negatif atau tidak menguntungkan," katanya.

Alih-alih menelusuri platform media sosial seperti Instagram, Nurfatihah mengatakan dia menghabiskan lebih banyak waktu menonton video langsung usamah (diskusi keagamaan) dari guru-guru terkemuka di situs pemutar video termasuk Ustaz Azhar Idrus yang memiliki lebih dari setengah juta pengikut.

Bahkan Menteri di Departemen Perdana Menteri yang bertanggung jawab atas urusan keagamaan, Datuk Dr Zulkifli Mohamad al-Bakri, telah memulai seri video (#NgajiDenganMenteri) tentang berbagai topik terkait Ramadan melalui saluran yang memiliki lebih dari 35.000 pelanggan.

Untuk Ramadan, mahasiswa Universiti Sains Malaysia (USM) Nur Farhana Mohamad Farris mengatakan dia juga akan mendengarkan podcast oleh tokoh-tokoh agama terkemuka seperti sarjana Amerika-Muslim Omar Suleiman, penulis dan profesor studi Islam Dr Ingrid Mattson, dan Mufti Menk, seorang Zimbabwe ulama Muslim berbasis yang memiliki lebih dari lima juta pengikut di Twitter.

"Saya mungkin akan melakukan banyak bacaan Al-Quran, mendengarkan khotbah agama untuk mendidik diri saya lebih banyak selama Ramadan," katanya.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Banyak Konten Negatif di Medsos

Kebutuhan untuk berhati-hati tentang waktu yang dihabiskan di Internet selama bulan Ramadan dibagikan oleh siswa yang berbasis di Penang, Muhammad Arif Hakimi Mohd Radzi yang merasa bahwa ada terlalu banyak kepahitan di media sosial.

"Karena ini Ramadan, saya ingin mengurangi penggunaan Internet dan media sosial saya karena ada banyak konten tak baik di platform tersebut," katanya.

Muhammad Arif Hakimi seorang mahasiswa menjelaskan bahwa dia tidak suka ketika beberapa pengguna media sosial merasa perlu untuk membuat komentar negatif pada posting orang lain.

"Beberapa orang hanya ingin berbagi kebahagiaan mereka di media sosial dan kemudian ada pengguna yang hanya ingin mengatakan sesuatu yang berarti dengan mengutuk mereka. Kemudian Anda memiliki orang yang ingin berbagi masalah tetapi akhirnya menjadi utas bagi pengguna yang membandingkan masalah mereka. Saya merasa mereka harus saling menawarkan dukungan moral saja," katanya.