Sukses

Tradisi Bagi Bubur di Masjid Malaysia Selama Ramadan Berubah karena Pandemi COVID-19

Masjid yang dibangun pada tahun 1908, telah memberikan bubur pada bulan Ramadan selama lebih dari 100 tahun.

Liputan6.com, Jakarta - The Masjid India Muslim di Ipoh telah mengirimkan bubur ke garis ke badan amal untuk berbuka puasa Ramadan bagi warga di wilayah tersebut. Biasanya, dari tahun ke tahun warga yang berdatangan ke masjid itu.

Namun, akibat pandemi kini kondisinya berbeda. Bubur itu terbuat dari 45 bahan populer di kalangan penduduk lokal.

Setiap pukul empat sore di depan masjid pasti ada banyak muslim yang akan mulai mengantre untuk semangkuk bubur lezat tersebut, demikian dikutip dari laman The Star Online, Kamis (7/5/2020).

Masjid yang dibangun pada tahun 1908, telah memberikan bubur pada bulan Ramadan selama lebih dari 100 tahun.

Ketua Masjid Shaik Mujibur Rahman Mohd Yusoff mengatakan mereka tidak dapat melakukannya tahun ini untuk mencegah orang banyak berkumpul.

Sebaliknya, dia mengatakan mereka mengirim 300 paket bubur dengan cara yang berbeda.

Ramadan di tengah pandemi Corona COVID-19 memang mengubah segalanya. Bahkan, para pelajar banyak yang tidak bisa pulang kampung merayakan hari raya.

Mahasiswi dari Universiti Malaya Nurfatihah Noor Azhar Shah melakukan panggilan video setidaknya dua hingga tiga kali sehari untuk tetap berhubungan dengan keluarganya di Penang selama bulan Ramadan.

Dia pindah dari kampus Petaling Jaya dan menyewa tempat ketika Movement Control Order (MCO) dimulai.

Sebab, para siswa tidak diizinkan untuk kembali ke kampung halaman mereka pada waktu itu meskipun pemerintah sejak itu telah memberikan izin bagi mereka untuk melakukan perjalanan kembali dalam batch (waktu bergilir).

Bahkan neneknya meneleponnya secara teratur, katanya, menambahkan, "Dia biasanya suka bertanya tentang apa yang akan saya masak untuk hari itu."

Nurfatihah bersemangat untuk membuat hidangan berbuka puasa.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Pelajaran Lain dari Ramadan

"Ramadan bukan hanya tentang tidak makan atau minum sebelum matahari terbenam pada hari itu, karena juga penting untuk menahan diri dari mengatakan atau melakukan sesuatu yang dianggap negatif atau tidak menguntungkan," katanya.

Alih-alih menelusuri platform media sosial seperti Instagram, Nurfatihah mengatakan dia menghabiskan lebih banyak waktu menonton video langsung usamah (diskusi keagamaan) dari guru-guru terkemuka di situs pemutar video termasuk Ustaz Azhar Idrus yang memiliki lebih dari setengah juta pengikut.

Bahkan Menteri di Departemen Perdana Menteri yang bertanggung jawab atas urusan keagamaan, Datuk Dr Zulkifli Mohamad al-Bakri, telah memulai seri video (#NgajiDenganMenteri) tentang berbagai topik terkait Ramadan melalui saluran yang memiliki lebih dari 35.000 pelanggan.