Liputan6.com, Jakarta - Meski Khalifah Umar telah menorehkan berbagai keberhasilan dalam perjalanan hidupnya, di sisi lain Ia memiliki sifat rendah hati dan rasa takutnya kepada Allah yang sangat luar biasa.
Pada suatu hari yang terik, dia berjalan sambil menutupkan baju ke atas kepalanya. Lewatlah seorang budak menunggangi keledai. Ia berkata kepadanya, wahai anak muda, bawa saya bersamamu. Anak muda itu segera turun dari keledainya dan mempersilakan Umar naik. Namun Khalifah Umar berkata, tidak naik lah dan saya akan membonceng di belakang.
Baca Juga
Umar berkata, "Bagaimana mungkin engkau membawa saya ke tempat yang nyaman, sementara engkau berada di tempat yang sulit." Maka Umar pun naik di belakang hingga masuk ke Kota Madinah. Dan orang-orang melihatnya dalam kondisi seperti itu.
Advertisement
Dalam kisah lain, yang dikutip dari buku 10 Shahabat yang dijamin masuk surga, karya Abdus Sattar Asy-Syaikh, pernah Umar menghardik seseorang dan hendak memukulnya dengan cambuk, orang itu berkata, "Saya peringatkan engkau dengan Allah." Seketika itu juga Umar melemparkan cambuk dari tangannya seraya berkata, "engkau memperingatkan aku dengan sesuatu yang agung."
Umar memiliki semboyan yang selalu diberitahukannya pada masyarakat. Orang yang paling aku sukai adalah orang yang menunjukkan padaku kekuranganku
Anas bin Malik meriwayatkan, saya mendengar Umar bin Khattab berkata pada suatu hari. Waktu itu kami keluar bersama lalu dia masuk ke rumah sebuah kebun kurma. Dari balik dinding, saya mendengar dia berkata, Umar bin Khattab Amirul mukminin camkan wahai putra Khattab, takutlah pada Allah atau kalau tidak, Dia akan mengazabmu.
Agar Khalifah Umar selalu mengingat akhirat dan tidak melupakannya, dia mengukir di cincinnya dengan kalimat cukuplah mati sebagai penasehat wahai Umar.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mengingat Kematian
Umar pun pernah berkata setiap hari orang berkata si Fulan Dan si Fulan meninggal pasti akan tiba saatnya dimana orang akan berkata Umar meninggal.
Bahkan rasa takutnya terhadap perkara hisab di hadapan Allah amatlah tampak dari ucapannya ketika menghadapi ajal, ketika dia berada di tempat putranya Abdullah. Dia mengatakan bahwa dirinya telah banyak berbuat zalim namun dia berusaha menjaga salat dan puasa.
Hal ini merupakan sifat rendah hati dari orang-orang agung yang mengerti betul hak Allah, manusia, dan khalifahan serta hukum. Maka dia sangat mengetahui posisi dirinya sehingga sangat merendahkan hatinya di hadapan Allah dan berusaha untuk bertaubat kepadanya.
Advertisement