Liputan6.com, Jakarta Ini kisah mengenai sahabat Nabi Muhammad SAW bernama Sa'id bin Amir. Dia masuk Islam tidak lama sebelum pembebasan Khaibar.
Setelah memeluk Islam, Amirul Mukminin Umar bin Khattab menunjuk Sa'id sebagai Wali Kota Homs, Suriah. Sa’id sempat menolak karena khawatir menjadi korban fitnah. Namun, akhirnya dia menerima amanah tersebut dengan berbagai pertimbangan.
Baca Juga
Selama menjadi Wali Kota Homs, Sa’id dan keluarganya hidup sederhana. Harta yang diberikan Umar bin Khattab sebagai bekal selama memimpin tak digunakan sedikit pun. Harta itu ternyata disedekahkan seluruhnya.
Advertisement
Suatu ketika, Khalifah Umar bertemu Sa’id. Umar menyampaikan bahwa warga sangat mencintainya.
"Orang-orang Syria mencintaimu," kata Umar bin Khattab.
"Itu mungkin karena aku suka menolong dan menghibur mereka," jawab Sa’id.
Meskipun banyak warga yang mencintai dan taat pada Sa’id, keluhan dan pengaduan soal kepemimpinannya masih mengalir. Seperti yang terjadi saat Umar bin Khattab berkunjung ke Homs. Dalam kesempatan itu, dia bertanya tentang Sa’id kepada warga yang sedang berkumpul.
Diadukan Warga
Warga menyampaikan empat pengaduan. Pertama, Sa’id disebut tidak keluar rumah untuk menemui mereka hingga menjelang siang. Kedua, Sa’id tidak mau melayani warga pada waktu malam hari.
Ketiga, setiap bulan ada dua hari di mana Sa’id tidak mau keluar, sehingga warga tidak dapat menemuinya. Terakhir, sewaktu-waktu Sa’id jatuh pingsan. Demikian dalam buku Biografi 60 Sahabat Nabi yang ditulis Khalid Muhammad Khalid.
Umar bin Khattab menanyakan langsung kepada Sa’id soal pengaduan warga. Sa’id membela diri.
Advertisement
Said Cuci Baju Sendiri
Dia menegaskan, tak bisa keluar rumah hingga menjelang siang karena harus membuat roti. Sa’id tak memiliki pembantu, sehingga seluruh pekerjaan rumah ditangani terlebih dahulu.
Adapun pengaduan kedua, Sa’id mengatakan, tidak mau melayani warga pada waktu malam karena harus beribadah kepada Allah. Sementara dua hari Sa’id tak bisa keluar rumah dalam sebulan, karena harus mencuci pakaian.
"Saya tidak punya pelayan yang akan mencuci pakaian, sedangkan saya tidak punya baju yang lain. Jadi, saya memanfaatkan hari itu untuk mencucinya dan menunggu sampai kering, dan di akhir siang saya bisa menemui mereka," terang Said.
Sa’id juga kadang-kadang jatuh pingsan. Alasannya, dia teringat atas kematian Khubaib Al-Anshari. Saat itu, Khubaib Al-Anshari jatuh tersungkur. Tubuhnya disayat-sayat dan diseret oleh kaum Quraisy.
"Setiap terkenang peristiwa yang aku saksikan itu, dan ketika itu aku masih dalam keadaan musyrik, lalu teringat bahwa aku berpangku tangan dan tidak mengulurkan tangan untuk menolong Khubaib, tubuhku gemetar karena takut siksa Allah, hingga ditimpa penyakit yang mereka katakan," ucap Said.
Mendengar pengakuan itu, Umar bin Khattab tidak mampu menahan rasa haru. Dia merangkul dan memeluk Sa'id, serta mencium keningnya yang mulia dan bersinar cahaya.
Menolak Gaji Besar
Uang tunjangan dan gaji Sa’id selama menjabat sebagai Wali Kota Homs sangat besar. Namun, dia hanya mengambil sedikit dari gaji untuk kebutuhan keluarga. Sebagian besar gajinya dibagikan kepada keluarga-keluarga lain yang membutuhkan.
Suatu saat, seseorang menasihati Said agar memanfaatkan harta untuk keperluannya dan keluarga terdekat. Sa’id menolak.
"Mengapa keluargaku dan famili mertuaku saja yang harus lebih kuperhatikan? Demi Allah, tidak! Aku tidak akan menjual keridaan Allah dengan kaum kerabatku," tegasnya.
Advertisement