Liputan6.com, Jakarta - Dalam penyebaran agama Islam, Rasulullah SAW mengutus enam sahabat untuk menyerahkan surat kepada beberapa raja Arab dan bukan Arab. Salah seorang dari enam utusan itu ialah Abdullah bin Hudzafah as Sahmi. Dia mendapatkan mandat untuk menyerahkan surat Nabi kepada Kisra, Raja Persia.
Kisah Abdullah dengan Raja Persia ini terjadi pada 6 Hijriyah. Seperti ditulis Dr Abdurrahman Ra'fat Al Basya dalam bukunya, kisah Agung sahabat sahabat mulia nabi, Rasulullah sudah memperkirakan bahaya dalam tugas ini.
Baca Juga
Para utusan Rasulullah akan berangkat menuju negeri-negeri jauh yang belum pernah mengadakan kerja sama dan kesepakatan masuk Islam sebelumnya. Para utusan ini tidak mengerti bahasa-bahasa negeri yang akan didatangkan dan mereka juga tidak sedikit pun mengerti watak para raja.
Advertisement
Kondisi ini tak membuat langkah Abdullah surut. Serta merta ia pun mempersiapkan bekal. Dia mengucapkan kata perpisahan kepada istri dan anaknya. Ini merupakan sebuah ekspedisi berbahaya sebab yang berangkat ke sana dapat menghilang atau kembali dengan nama saja.
Abdullah lalu berangkat menuju tempat tujuan melewati lereng-lereng dan bukit-bukit dataran tinggi maupun rendah. Dia menempuh perjalanan itu sendirian, tanpa ada ada teman yang mengiringinya selain Allah SWT. Ketika dia sampai di perkampungan wilayah Persia, dia memohon izin untuk dapat masuk kepada raja. Dan para pembantu Raja memperingatkan bahaya dari surat yang dibawa Abdullah.
Mendengar itu, Raja Kisra memerintahkan para pembantunya untuk menghias istana. Lalu dia mengundang para pembesar bangsa Persia untuk menghadiri pertemuan ini. Kemudian Kisra pun mengizinkan Abdullah bin Hudzafah menyambangi istana.
Abdullah lantas tiba ke dalam istana. Dia menghadap pemimpin Persia dengan mengenakan baju panjang berbahan kasar yang ditutupi selendang khas bangsa Arab. Dia memiliki leher yang tegak dan tubuh yang tegap. Dari tulang rusuknya mencuat keagungan Islam. Di dalam hatinya menyalakan keluhuran iman.
Ketika Kisra melihat Abdullah datang menghadap, dia langsung memberi isyarat kepada seorang pembantunya agar mengambil surat dari tangan Abdullah. Ia pun langsung berkata, "jangan, Rasulullah menyuruh ku untuk menyerahkan surat ini langsung ke tanganmu, dan aku tidak mau melanggar perintah beliau."
Raja Kisra pun langsung memerintahkan kepada salah satu pembantunya. "Biarkan dia mendekat kepada-ku," kata Kisra.
Abdullah lantas mendekat ke arah Raja Kisra sehingga bisa menyerahkan langsung surat itu kepadanya. Raja Kisra lantas manggil seorang juru tulis berkebangsaan Arab dari negeri Al Hirah. Dia memerintahkan agar surat itu dibuka dan memerintahkan untuk membacakannya.
"Bismillahirohmanirohim dari Muhammad Rasulullah kepada kisra yang agung raja Persia. Keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk..." Demikian isi surat Rasulullah untuk Raja Kisra.
Ketika Kisra mendengar isi surat yang dibacakan kepadanya, api amarah langsung menyala di dadanya. Wajahnya merah padam. Peluhnya mengucur deras dari leher karena Rasulullah mengawali suratnya dengan menyebut dirinya sendiri. Lalu dia langsung menyambar surat tersebut dan merobeknya tanpa dia tahu apa yang ada dalam isi surat itu.
Dia pun langsung berseru, "sungguh berani dia mengirimkan surat ini kepadaku, padahal dia adalah budak ku." Lalu Raja Kisra memerintahkan para pengawalnya untuk mengusir Abdullah bin Hudzafah dan ia pun dibawa keluar.
Abdullah keluar meninggalkan ruang sidang Raja Kisra. Dia tidak tahu ketentuan Allah yang bakal menimpa dirinya, apakah akan dibunuh atau dibiarkan hidup. Namun dia sempat berujar, "demi Allah aku tidak peduli kepada nasibku sesudah aku menyampaikan surat Rasulullah."
Dia lalu menunggangi hewan kendaraannya dan pergi meninggalkan istana Kisra.
Setelah amarah mereda, Kisra memerintahkan pengawalnya untuk membawa masuk kembali Abdullah. Namun dia sudah pergi meninggalkan istana. Para pembantu raja mencarinya namun jejaknya tidak diketemukan.
Setelah melakukan perjalanan, Abdullah pun akhirnya tiba di Madinah. Abdullah pun datang menghadap Nabi. Dia menceritakan tanggapan Raja Persia, Kisra atas surat Nabi yang dikoyaknya. Setelah mendengar paparan Abdullah, Rasulullah bersabda. "Allah akan mengoyak-ngoyak kerajaannya."
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Terkoyaknya Kerajaan Adidaya
Doa Nabi tersebut terbukti pada era Khalifah Umar bin Khattab. Amirul mukmin pengganti Abu Bakar itu mengutus Saad bin Abi Waqqas untuk menaklukan wilayah Persia, pada 637 M.
Pasukan diberangkatkan dari Madinah menuju Irak yang sedang dikuasai bangsa Persia. Pertempuran hebat terjadi setelah pasukan Muslim berhasil menerobos masuk ke wilayah tersebut. Dalam peperangan ini, tentara kaum Muslimin berhasil memukul mundur pasukan Persia.
Kekalahan ini membuat bangsa Persia meradang. Pada 637 M, pasukan Persia melancarkan serangan balasan di wilayah Jakilah. Lagi-lagi, umat Islam unggul menghadapi pasukan Persia. Mereka pun terdesak bahkan kota Hulwan yang menjadi basis kekuatan pasukan Persia berhasil diduduki pasukan Muslim.
Selanjutnya, pertempuran kembali terjadi pada 642 M. Peperangan ini berlangsung di wilayah Nahawan. Namun pasukan Persia itu tak berkutik dibuatnya. Umat Islam mampu mengalahkan mereka hingga wilayah Nahawan jatuh ke tangan pasukan Islam. Dengan kejadian ini, seluruh wilayah kekuasaan bangsa Persia dikuasai kaum Muslimin dan berada di bawah pemerintahan Khalifah Umar.
Advertisement