Sukses

Kerap Temani Opor Ayam, Ini Asal-Usul Ketupat yang Tak Banyak Diketahui Orang

Munculnya ketupat di setiap momen Idul Fitri pertama kali diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga.

Liputan6.com, Jakarta - Ketupat, salah satu sajian khas Lebaran yang paling ditungu-tunggu saat momen Idul Fitri tiba. Untuk melengkapi santapan ketupat yang lezat di hari Lebaran, biasanya dihidangkan dengan berbagai pilihan lauk yang tak kalah nikmatnya.

Sebut saja ada opor ayam, sambal goreng ati, semur daging, dan banyak lagi. Namun, tahukah kamu asal-usul dari ketupat ini dan apa maknanya?

Di antara beberapa orang ternyata masih ada yang belum mengetahui makna sajian khas Lebaran yang satu ini.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini makna ketupat yang memiliki sejarah panjang:

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 4 halaman

Diperkenalkan Sunan Kalijaga

Munculnya ketupat di setiap momen Idul Fitri pertama kali diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga.

Pada abad ke-15, Kanjeng Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai salah satu simbol untuk perayaan Hari Raya Idul Fitri umat Islam sejak pemerintahan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah.

Sunan Kalijaga membudayakan dua kali bakda, yaitu bakda lebaran dan bakda kupat. Bakda kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran. Pada hari yang disebut bakda kupat tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda.

Selesai dianyam, ketupat diisi dengan beras kemudian dimasak, lalu diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambang kebersamaan.

Secara umum, ketupat berasal dan ada dalam banyak budaya di kawasan Asia Tenggara. Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa (janur) yang masih muda.

Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.

Selain di Indonesia, ketupat bisa dijumpai di beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura. Di Filipina sendiri juga dapat dijumpai bugnoy yang mirip ketupat, namun dengan pola anyaman yang berbeda.

3 dari 4 halaman

Makna Ketupat

Di dalam filosofi Jawa, makna ketupat Lebaran bukanlah sekedar hidangan khas Lebaran saja. Melainkan makna lebaran di sini lebih khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.

Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Ngaku lepat ini merupakan tradisi sungkeman yang menjadi implementasi mengakui kesalahan (ngaku lepat) bagi orang Jawa.

Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih membudidaya hingga kini.

Pada tradisi sungkeman ini mengajarkan akan pentingnya menghormati orangtua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan, dan ampunan dari orang lain, khususnya orangtua.

Sedangkan laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan Lebaran. Empat tindakan tersebut adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Arti dari masing-masing kata ini adalah:

Lebaran memiliki makna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Kata ini berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.

Luberan memiliki makna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.

Leburan memiliki makna habis dan melebur. Maksudnya pada momen Lebaran, dosa dan kesalahan akan melebur habis. Karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Sedangkan laburan adalah labor atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya adalah agar manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

4 dari 4 halaman

Filosofi Ketupat

1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia

Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat.

2. Kesucian hati

Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

3. Mencerminkan kesempurnaan

Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

4. Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang "KUPA SANTEN", Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf).

Itu tadi makna ketupat, arti serta filosofi dari ketupat. Ini menunjukkan betapa besarnya peran para wali dalam memperkenalkan agama Islam dengan menumbuhkembangkan tradisi budaya sekitar. Seperti tradisi Lebaran dan hidangan ketupat yang telah menjadi tradisi dan budaya hingga kini.