Liputan6.com, Jakarta - Kurma banyak ditemukan jelang Ramadan. Semakin mendekati bulan puasa, kurma banyak dijajakan di pusat-pusat perbelanjaan. Buah yang berasal dari Timur Tengah itu memang umum tersaji jelang berbuka puasa.
Menilik kebiasaan Rasulullah SAW, beliau biasa mengonsumsi kurma saat berbuka puasa. Kebiasaan tersebut tercatat dalam hadis riawat At-Tirmizi. "Jika engkau ingin berbuka, berbukalah dengan kurma. Jika tak ada, minumlah air putih karena ia suci."
Baca Juga
Kurma memiliki kandungan gizi yang luar biasa. Berikut manfaat kurma untuk kesehatan, dikutip dari laman Health.
Advertisement
1. Kaya Antioksidan
Selain kandungan vitamin dan mineralnya, kurma kaya akan antioksidan pelindung kesehatan. Satu makalah baru-baru ini, yang diterbitkan dalam Journal of Pharmacy & BioAllied Sciences, menyatakan bahwa kurma adalah sumber antioksidan alami yang baik, yang dapat digunakan untuk mengelola penyakit terkait stres oksidatif.
Stres oksidatif terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas yang merusak sel dan kemampuan tubuh untuk melawan efek berbahaya mereka.
Ini adalah pelopor penuaan dan kerusakan sel yang dapat menyebabkan penyakit. Kurma juga mengandung senyawa antiinflamasi dan antimikroba, yang berarti kurma juga berperan dalam memerangi penyakit menular.
Penelitian lain menunjukkan bahwa kurma mengandung banyak antioksidan, termasuk karotenoid, polifenol (misalnya asam fenolat, isoflavon, lignan, dan flavonoid), tanin, dan sterol. Mereka juga memiliki sifat anti jamur.
Manis Alami
2. Manis Alami
Banyak orang menganggap kurma sebagai buah kering, padahal sebenarnya kurma adalah buah segar, karena tidak ada kandungan air yang terbuang.
Kurma juga merupakan buah utuh yang tanpa diolah pun, kandungan gulanya muncul secara alami. Dengan kata lain, jika Anda mengonsumsi manis alami dari kurma, alat penghitung energi akan mencantumkan 0 gram tambahan gula.
Pemanis tambahan adalah jenis yang harus kita batasi, karena hubungannya dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan obesitas.
American Heart Association (AHA) merekomendasikan agar wanita mengonsumsi tidak lebih dari enam sendok teh gula tambahan per hari, yang setara dengan 25 gram atau 100 kalori.
Takaran yang disarankan untuk pria adalah sembilan sendok teh gula tambahan, yaitu 36 gram atau 150 kalori.
Jika Anda menggunakan kurma untuk mempermanis makanan atau resep, Anda belum menghabiskan anggaran gula tambahan harian Anda, tidak seperti pemanis seperti gula tebu.
3. Menyehatkan Pencernaan
Tiga kurma menyediakan sekitar 18% dari kebutuhan serat harian, yang mendukung fungsi pencernaan yang baik. Satu studi, yang diterbitkan dalam British Journal of Nutrition, mengamati secara khusus dampak konsumsi kurma pada usus.
Pria sehat secara acak diminta untuk makan tujuh kurma per hari, atau kontrol tambahan dari campuran karbohidrat dan gula selama 21 hari.
Setelah periode 14 hari, kelompok tersebut beralih. Para peneliti menemukan bahwa saat makan kurma, subjek penelitian mengalami peningkatan frekuensi buang air besar dan penurunan tingkat bahan kimia tinja yang diketahui dapat merusak sel dan memicu mutasi yang dapat menyebabkan kanker.
Jika Anda pernah mengalami sembelit, Anda tahu bagaimana hal itu dapat merusak tingkat energi dan kenyamanan Anda secara keseluruhan. Kurma bisa menjadi cara sederhana untuk membuat organ pencernaan Anda bergerak normal.
Advertisement
Kaya Nutrisi
4. Kaya Nutrisi
Tiga buah kurma mengandung sekitar 200 kalori, 54 gram karbohidrat dengan sekitar 5 gram sebagai serat, satu gram protein, dan tanpa lemak.
Porsi ukuran ini juga memasok sejumlah kecil berbagai macam nutrisi, termasuk vitamin B, vitamin K, kalsium, zat besi, magnesium, kalium, seng, dan mangan. Dengan kata lain, kurma bukan sekadar bom gula atau kalori kosong.
5. Melindungi Otak
Senyawa pelindung dalam kurma juga diduga membantu menjaga otak. Sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Neural Regeneration Research menyatakan bahwa kurma memiliki potensi terapeutik yang menjanjikan melawan penyakit Alzheimer, karena kemampuannya untuk memerangi peradangan dan stres oksidatif di otak.
Infografis
Advertisement