Liputan6.com, Padang - Ranah Minang tak pernah ingkar janji soal kulinernya yang menggugah selera. Masing-masing daerah bahkan punya sajian khas dan legendaris, salah satunya ampiang dadiah.
Ampiang dadiah adalah salah satu warisan khazanah kuliner Minangkabau. Dulunya dadiah dapat dijumpai dengan mudah di dataran tinggi seperti Kabupaten Tanah Datar, Limapuluh Kota dan Agam.
Dadiah merupakan susu kerbau yang difermentasi secara alami di dalam buluh atau ruas batang bambu, sementara ampiang adalah emping beras.
Advertisement
Jadi ampiang dadiah merupakan dua komponen yang terpisah, namun ketika sangat cocok dipadukan ketika dimakan.
Sepintas, dadiah mirip dengan produk fermentasi susu lain yang lebih populer, yaitu yoghurt. Namun keduanya memiliki perbedaan dalam segi bahan utama dan tekstur. Dadiah hanya bisa diolah dari susu kerbau segar.
Baca Juga
Salah seorang penjual dadiah, Sijus di Bukittinggi mengatakan proses pembuatan dadiah, yakni susu kerbau segar dimasukkan ke dalam ruas bambu sepanjang 20 hingga 30 meter.
"Ruas-ruas bambu kemudian ditutup dan disimpan untuk proses fermentasi," katanya.
Untuk menikmati dadiah, biasanya dicampur dengan ampiang, itulah kenapa namanya ampiang dadiah. Rasa asam dadiah berpadu dengan kerenyahan ampiang ditambah siraman gula aren, kombinasi yang sulit dijelaskan keunikannya.
Kuliner ampiang dadiah, dari tahun ke tahun tergerus zaman. Dadiah semakin sulit dicari, sebab cita rasanya yang ini dan tidak semua orang menyukai sajian kaya nutrisi ini.
"Dadiah kini hanya bisa ditemukan di beberapa tempat tertentu," ujarnya.
Beberapa tempat yang masih menjual ampiang dadiah yakni, Rumah Makan Simpang Raya serta Kedai Lestari H Minang di kawasan Pasar Atas Bukittinggi.