Sukses

Umat Muslim dan Yahudi di AS Buka Puasa Bersama Secara Virtual

Buka puasa virtual ini disponsori oleh NewGround : A Muslim-Jewish Partnership for Change.

Liputan6.com, Los Angeles - Warga Muslim dan Yahudi di Amerika Serikat baru-baru ini melangsungkan acara buka puasa bersama secara virtual, guna mempererat hubungan antar-agama dan keyakinan.

Bulan Ramadhan ini, sebagian warga di Los Angeles, California, melangsungkan buka puasa bersama secara virtual dengan kelompok yang tidak biasa. Adam Fakhri di Muslim-Jewish Partnership for Change, satu kelompok kerjasama antar-keyakinan umat beragama mengatakan.

"Kami mengumandangkan adzan Maghrib yang menandai saat berbuka di tiga sinagog berbeda di Los Angeles. Pertama, saya kira ini sangat indah dan sangat kuat; kedua, hal ini juga menunjukkan rasa persatuan dan bahwa kita semua satu komunitas," katanya.

Buka puasa virtual ini disponsori oleh NewGround : A Muslim-Jewish Partnership for Change. Ramadhan tahun ini dilangsungkan secara virtual dengan menghadirkan Wali Kota Los Angeles Eric Garcetti, yang memberikan sambutan pembuka.

Acara ini juga mencakup kunjungan virtual ke dapur sebuah keluarga imam dan keluarga rabbi untuk menyaksikan bagaimana mereka mempersiapkan makanan berbuka kesukaan keluarga. Namun para peserta buka puasa virtual ini mengatakan buka puasa dan Ramadan sebenarnya lebih dari sekedar soal makanan dan berpuasa.

"Saya kira sebagian pesannya adalah pengorbanan, kesabaran dan empati," kata Adam, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (6/5/2021).

Juga memperkuat ikatan dengan orang lain, termasuk yang berasal dari agama berbeda, ujar David Weiner, seorang peserta Yahudi.

"Kita mulai dengan hubungan. Kita mulai dengan menceritakan kisah pribadi kita, mengatasi identitas kita sendiri," kata David.

Dan juga mengakui perbedaan yang ada, tambahnya.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Jaga Interaksi

Berbagi akan membantu menjembatani kesenjangan dalam isu-isu yang memecah belah, seperti kesulitan hubungan di antara Palestina dan dan Israel yang kerap memisahkan warga Muslim dan Yahudi.

"Hal ini juga memberi saya kosakata yang berbeda dan serangkaian keahlian soal bagaimana mengekspresikan diri saya dan bagaimana melakukan percakapan yang sulit," kata David.

Interaksi secara terus menerus lewat acara-acara seperti ini, baik secara langsung maupun virtual, mengajar para peserta untuk saling mendengar satu sama lain.

"Kita mungkin sering setuju untuk tidak setuju, tetapi ini merupakan bagian dari proses saling memahami satu sama lain dan benar-benar dapat berempati dengan orang lain dan pandangan mereka.”

Keahlian yang berguna bagi semua orang, apapun latar belakang atau agama mereka.