Liputan6.com, Jakarta Salah satu mengendalikan hawa nafsu di bulan suci Ramadhan adalah berpuasa. Dengan berpuasa maka syahwat akan terkendali. Setelah terkendali akan sulit bagi setan untuk menggoda.
Dalam satu hadis, Rasulullah SAW bersabda,
Baca Juga
"Abdullah Ibdu Mas’ud ra. berkata: ‘Rasulullah saw bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendakanya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." (Muttafaq ‘Alaih).
Advertisement
Mencermati hadis di atas, maka seorang pemuda yang sudah cukup umur untuk menikah pasti memiliki syahwat biologis yang bergejolak dalam dirinya. Jika dirinya belum mampu untuk menikah dan khawatir akan terjerumus dalam perzinaan, maka, Rasulullah SAW menganjurkannya untuk berpuasa agar gejolak sahwat bisa terkendali.
Imam Al-Ghazali, dalam Ihya 'Ulumiddin (juz 3, hal. 85) menjelaskan beberapa faedah atau manfaat saat perut dalam kondisi lapar. Di antara faedah terbesarnya adalah bisa menaklukkan hawa nafsu yang berpotensi untuk menjerumuskan dalam perbuatan maksiat.
Menurut Al-Ghazali, sumber utama perbuatan maksiat adalah hawa nafsu dalam diri manusia. Sementara ‘bahan bakar’ hawa nafsu itu sendiri adalah makanan. Dengan mengurangi mengonsumsi makanan, maka hawa nafsu akan meredup dan seseorang mampu mengendalikan dirinya.
Jika seseorang mampu mengendalikan diri, maka ia mampu arahkan tubuhnya untuk melakukan kebaikan dan menghindari perbuatan maksiat.
Berkaitan dengan terkendalinya hawa nafsu saat berpuasa, salah satu faedah berpuasa adalah bisa mengangkat derajat manusia ke level yang lebih tinggi, setara dengan level malaikat; makhluk yang sepanjang hidupnya didedikasikan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Mengapa demikian?
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Peran Ibadah Puasa
Berikut penjelasannya. Allah SWT telah menciptakan malaikat, manusia dan hewan. Ketiganya sama-sama makhluk Allah SWT, tetapi memiliki perbedaan. Malaikat diciptakan dan dianugerahi akal, tapi tidak diberikan nafsu.
Oleh karena itu malaikat makhluk paling taat, mereka tidak memiliki kepentingan pribadi untuk memenuhi hawa nafsunya. Kemudian hewan.
Allah menciptakan hewan dan dianugerahi nafsu, tanpa akal. Oleh karena itu hewan tidak diperintahkan untuk beribadah (terkena taklif) karena tidak bisa memahami ajaran Islam.
Sementara manusia, Allah ciptakan dan Allah anugerahkan kedua-duanya, akal dan nafsu. Oleh karena itu, manusia lebih mulia dari hewan karena memiliki akal, dan tidak bisa lebih mulia daripada malaikat karena ada nafsu dalam dirinya.
Suatu saat manusia bisa bertindak jauh melenceng dari nilai-nilai ajaran Islam, seolah ia tidak menggunakan akal yang telah Allah anugerahkan untuknya. Sehingga derajatnya turun selevel dengan hewan, bahkan lebih rendah lagi.
Allah SWT berfirman:
"Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakanya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) (tidak dipergunakan utnuk melihat (tanda-tanda kekuasan Allah), dan mereka mempunyai telingan (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi." (QS. Al-A’raf [7]: 179)
Sehingga disinilah peran ibadah puasa. Dengan berpuasa seorang hamba bisa mampu mengontrol hawa nafsu yang ada pada diri. Jadi, semua perbuatan berkenan dituntun oleh akal yang jernih, bukan dikendalikan oleh nafsu.
Daffa Haiqal
Sumber: Nu.or.id
Advertisement