Sukses

Ziarah Kubur, Mengenang Kebersamaan di Ramadhan Sebelumnya

Ziarah kubur jelang Ramadhan adalah ritual yang biasa dilakukan umat Islam untuk mengenang kebersamaan bersama keluarga tercinta di bulan puasa sebelumnya.

Liputan6.com, Batam - Semilir Angin dan bau bunga rampe menyilap dibalik teriknya panasnya Matahari sore di area Tempat Pemakaman Umum Khusus Covid-19 Sei Temiang, Sekupang, Batam, Kepulauan Riau. Panasnya cuaca musim kemarau tak menggoyahkan 3 Pemuda  beranjak berziarah di Pemakaman keluarganya walaupun hari sudah mulai senja.

Tiga Pemuda Berpeci hitam dengan baju atribut baju Banser Anshor nampak tersimpuh duduk di samping makam yang sudah dua bulan meninggal yang dinyatakan Rumah Sakit meninggal dunia Karena Covid 19 pada dua bulan lalu. Seperti kebiasaan masyarakat pada umumnya yang ziarah jelang Ramadan.

Suara nyaring dan lantunan ayat-ayat suci  Alquran serta panjatan  doa bukan hanya terdengar dari ke tiga Pemuda Banser saja melainkan datang di setiap penjuru pemakaman dari orang-orang bersama-sama berziarah.

Berziarah ke makam keluarga memang menjadi ritual rutin bagi sebagian muslim menjelang Ramadan. Biasanya yang diziarahi adalah keluarga dekat seperti orang tua dan keluarga yang telah berpulang menghadap sang pencipta.

"Selain memanjatkan doa dan pengampunan terhadap orangtua, mengingatkan kita akan kembali," kata Zaenal Abidin  salah seorang dari ketiga Pemuda Banser usai menabur dan menyiramkan bunga di atas Kuburan.

Zaenal menceritakan, ia menziarahi makam ibu mertuanya yang meninggal dua bulan lalu di usia 61 tahun.

"Meningal karena sakit gula. Pihak Rumah sakit menyatakan meninggal karena Covid -19, padahal  hasil tes PCR sebelum masuk, negatif hasilnya, " ucap Zaenal dengan nada  pasrah.

Zaenal menyebutkan ibu mertuanya saat waktu sakit sempat mendapatkan penolakan dari 4 Rumah sakit.

"Sempat dirawat 3 hari di Rumah sakit, kemudian dinyatakan Positif Covid, dan dikuburkan di sini,” ucap  Zaenal.

Di tempat yang  sama, Milla (40), peziarah lainya mengaku di momen Ramadhan kali ini harus kehilangan Ibunya.

"Enam bulan lalu meninggalnya Covid-19 kata pihak Rumah Sakit, (ditambah) gula dan asma penyakitnya," kata Milla dengan mata berkaca-kaca.

Ia mengaku pasrah, karena ia meyakini pada haketnya semua akan balik kepada Allah. Hanya waktu dan tempat yang berbeda, tutur perempuan kelahiran Tanjung yang di dampingi suaminya itu.

Ia menyadari memang Kesedihan dan kepiluan terkadang akan hinggap kesiapapun tak mengenal status kaya dan miskin hanya orang-orang sabar yang mampu melewatinya.

" Alhamdulillah perawatan rumah sakit dan pemakaman tidak diminta biaya, hanya pasrah, berserah diri dan berdoa," tuturnya.

Simak juga video pilihan berikut