Sukses

Bosen Menu Sahur Itu-Itu Saja? Cek 5 Kuliner Khas Yogyakarta yang Pas Buat Sahur

Daftar kuliner khas Yogyakarta berikut ini memiliki banyak kandungan gizi dan lebih mengenyangkan.

Liputan6.com, Yogyakarta - Konsumsi nasi putih pada waktu sahur memang bisa menjadi bekal energi untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama sehari penuh. Namun, rupanya banyak sumber karbohidrat lain yang dapat menggantikan nasi putih.

Contohnya, banyak kuliner Yogyakarta berikut yang memiliki kandungan gizi lebih banyak dan lebih mengenyangkan seharian.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut aneka olahan makanan Yogyakarta pengganti nasi yang bisa disantap untuk sahur.

1. Growol Kulon Progo

Growol merupakan makanan tempo dulu khas Kulon Progo Yogyakarta yang digunakan sebagai pengganti nasi. Bahan dasar makanan ini berasal dari singkong atau ketela pohon.

Berbeda dengan olahan ubi lainnya yang bercita rasa manis, growol tidak memiliki rasa alias hambar. Makanan ini biasanya dibungkus dengan daun pisang.

Proses pembuatannya terbilang cukup panjang, singkong yang telah dikupas dicuci bersih lalu direndam selama tiga hari tiga malam tanpa diganti airnya. Setelah lunak dan mengeluarkan bau asam karena proses fermentasi, singkong dicuci bersih dan dicacah atau ditumbuk halus.

Growol memiliki kandungan gula yang rendah, sehingga growol cocok dijadikan pengganti nasi terutama bagi para penderita diabetes. Selain itu sebagai hasil olahan singkong, kandungan pati dalam growol tak mudah di pecah tubuh. Efeknya akan merasa kenyang lebih lama daripada mengonsumsi nasi.

2. Tiwul Gunungkidul

Tiwul adalah salah satu kuliner asal Gunungkidul, Yogyakarta. Tiwul terbuat dari gaplek atau ketela pohon yang dikeringkan.

Tiwul menjadi salah satu makanan pokok pengganti nasi bagi sebagian masyarakat Gunungkidul. Nasi Tiwul biasanya disajikan dengan berbagai macam lauk pauk dan juga olahan sayuran yang akan menambah kenikmatan menyantap tiwul.

Tiwul memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi daripada nasi putih biasa. Tiwul juga mengandung jumlah kalori yang lebih endah dari pada nasi putih biasa, sehingga cocok menjadi menu diet pada bulan puasa.

3. Jadah Kabupaten Sleman

Jadah yang merupakan olahan dari beras ketan dan parutan kelapa. Cara pengolahannya, beras ketan putih yang sudah dimasak, kemudian dipukul-pukul dan dicampur kelapa kukus yang gurih.

Olahan beras ketan ini dapat menjadi pilihan alternatif beras putih. Berbeda dari kebanyakan nasi lainnya, manfaat beras ketan putih mengandung protein yang cukup tinggi.

Manfaat beras ketan putih yang satu ini berasal dari berbagai nutrisi yang dikandung, seperti selenium. Selenium memiliki sifat antioksidan yang dapat mencegah datangnya berbagai macam penyakit kronis.

Sebab, antioksidan dapat menurunkan kadar stres oksidatif yang sangat berdampak buruk bagi kesehatan. Selain itu beras ketan memiliki kandungan glukosa yang lebih rendah, sehingga akan terasa kenyang lebih lama.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

4. Sego Abang Gunungkidul

Sego abang menjadi salah satu kuliner khas Gunungkidul yang merupakan sumber karbohidrat. Sesuai namanya, kuliner ini merupakan nasi yang berasal dari beras merah.

Sego abang biasa disantap bersama beberapa jenis sayuran dan lauk pauk, seperti jangan lombok, kicikan, dan aneka makanan khas Gunungkidul lainnya. Nasi merah memiliki jumlah serat dan karbohidrat yang lebih tinggi, sehingga dapat menjadi pilihan alternatif sumber karbohidrat.

5. Talas

Aneka olahan talas mampu menjadi pengganti nasi karena kandungan terbesarnya adalah karbohidrat dan protein. Bahkan, protein di dalamnya lebih tinggi dari singkong dan ubi jalar.

Kandungan Indeks Glikemik di dalam talas juga cukup rendah, dan lebih menyehatkan. Talas disarankan sebagai pengganti nasi karena komponen karbohidratnya yang berupa pati mudah dicerna.

Selain itu, manfaat talas juga cukup besar untuk mencegah risiko gangguan jantung dan tekanan darah tinggi. Masyarakat Gunungkidul biasa mengolah talas dengan cara dikukus, selain menghilangkan getahnya mengukus talas jauh lebih sehat dan mengenyangkan.

Penulis: Switzy/ Tifani