Liputan6.com, Jakarta Cendekiawan muslim Sukidi Mulyadi memandang momentum Ramadhan ini menjadikan umat semakin toleran. Pasalnya, dia melihat agama Islam mempunyai kecenderungan menjadi agama yang toleran.
Hal tersebut disampaikannya dalam diskusi daring Inspirasi Ramadhan yang diadakan oleh BKN PDIP.
Advertisement
Baca Juga
"Islam punya kecenderungan menjadi agama yang toleran, spirit tenggang rasa kepada sesama untuk menjadi umat yang baik, warga negara yang baik, Jangan sampai kita beragama malah menjadikan kita umat yang intoleran, umat yang tidak mau pada hal-hal yang bersifat kemajuan," kata Sukidi dalam keterangan yang diterima, Senin (11/4/2022).
Dia menjelaskan bahwa umat Islam harus inklusif, harus membuka diri terhadap modernisme jaman, jangan anti pati terhadap perubahan, karena sejatinya perubahan itu suatu keniscayaan.
Hal ini didukung oleh keberagaman bangsa Indonesia, terlebih Kebinekaan bangsa Indonesia merupakan pondasi untuk masyarakat Indonesia bersikap toleran, untuk menerima setiap perubahan.
"Umat muslim Indonesia jangan tertutup, jangan anti pati terhadap perubahan apalagi perkembangan ilmu pengetahuan. Kita harus menjadi muslim yang baik di tengah kemajuan teknologi apalagi di era disrupsi di tengah pandemi ini, kita harus think global but act local," jelas Sukidi.
Ia menjelaskan bahwa kemajuan suatu bangsa dapat ditopang dari agama dan tradisi msyarakatnya.
Oleh karena itu, sebagai bangsa yang memiliki keragaman suku, agama, ras, dan adat, harus mengembangkan etika keislaman yang toleran kepada apapun, mau bekerja keras, yang memiliki orientasi kepada kemajuan karena agama Islam adalah agama yang mendepankan akal sehat.
Â
Pesan Bung Karno
Sukidi memandang, apa yang disampaikan Presiden RI pertama yang juga founding father Soekarno atau Bung Karno, agama Islam harus menjadi agama yang rasional.
"Sejak dulu Bung Karno founding father kita ini selalu mendepankan bahwa agama Islam adalah agama yang rasional, agama yang mengdepankan akal sehat," jelas dia.
Karena itu, ketika dihubungkan dengan menghadapi pandemi Covid-19 ini, tak boleh antipati dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Bahkan, harus saling bahu membahu antar sesama, untuk menyelesaikan segala masalah yang terjadi.
"Dengan demikian, ketika kita menghadapi pandemi seperti ini, kita tidak boleh antipati terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, kita harus siap di era disrupsi seperti ini agar kita bisa berkolaborasi, bahu membahu, bekerjasama untuk kemajuan bangsa, untuk kemajuan umat," kata Sukidi.
Di lain sisi, keberadaan ideologi Pancasila, seharusnya tidak diperdebatkan atau dibenturkan dengan nilai agama Islam. Karena sebenarnya Pancsasila sudah mencerminkan nilai keislaman.
Â
Advertisement
Merangkul Sesama
Menurut Sukidi, Pancasila sangat mencerminkan nilai-nilai keislaman.
Maka dari itu, sudah seharusnya kita sebagai umat muslim di Indonesia, sebagai agama mayoritas dapat merangkul dan mengayomi sesama, sehingga tercipta kerukunan dan keharmonisan dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Bahkan, dalam sila pertama bisa dilihat ada nilai ketahuhidan.
"Kita bisa lihat, dari sila pertama yang berbunyai KeTuhanan yang Maha Esa, itu sudah jelas menggambarkan nilai ketauhidan dari agama Islam itu sendiri, pun sebagaimana sila-sila yang lainnya," ujar Sukidi.
Oleh karena itu, menurut Sukidi, ketika muncul konflik antar anak bangsa masyarakat harus kembali lagi kepada Pancasila, jangan sampai bangsa ini terpecah belah hanya karena perbedaan ideologi.
Islam dan Pancasila memiliki keterikatan dan kesalingan di tengah masyarakat yang berbhineka tunggal ika.