Sukses

Ulama Senior Arab Saudi: Merayakan Ulang Tahun Tidaklah Salah

Ulama senior Arab Saudi memastikan perayaan ulang tahun bersama orang-orang tersayang bukanlah hal yang salah.

Liputan6.com, Riyadh - Ada kekhawatiran sejumlah orang mengenai apa hukumnya merayakan ulang tahun dalam ajaran Islam. Namun, ulama senior Arab Saudi menyatakan bahwa tidak ada salahnya bagi orang Muslim untuk merayakan hari ulang tahun bagi diri sendiri atau orang-orang tersayang.

Tidak hanya itu, perayaan lain seperti kelulusan atau prestasi anggota keluarga juga boleh-boleh saja.

Hal itu diungkapkan oleh Dr. Qais bin Muhammad Al-Sheikh Mubarak. Ia adalah mantan anggota Dewan Ulama Senior Arab Saudi.

Dilaporkan Saudi Gazette, Sabtu (16/4/2022), Al-Mubarak menyatakan bahwa perayaan tersebut diizinkan dan tidak dilarang dalam teks keagamaan. Perayaan-perayaan itu juga tidak terkait tabu dalam agama, maupun hal-hal yang dilarang dalam Al-Qur'an maupun hadits.

Terkait ulang tahun, ada yang menyorot hadits Nabi Muhamamad SAW bahwa barangsiapa yang mengada-adakan suatu perkara baru di dalam urusan agama, maka perkara itu akan tertolak.

Al-Mubarak menjelaskan bahwa hadith itu lebih terkait ritual keagamaan, sehingga apabila ada yang mengadakan perkara baru seperti sholat wajib enam waktu, maka hal itu pasti tertolak.

Al-Mubarak juga berkata tidak ada salahnya untuk memakai acara-acara peringatan tersebut, seperti peringatan Hijrah Nabi, sebagai pengingat atau tuntunan bagi orang Muslim di kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, penjelasan di situs NU menyorot bahwa ada perbedaan ulama dalam hal ulang tahun. Ada yang membolehkan asal tak ada unsur yang haram, meski ada juga yang melarang. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Tips Makan Sehat di Puasa Ramadhan

Sebelumnya dilaporkan, membagi porsi makan bisa mengurangi rasa lesu dan lapar yang mungkin timbul saat belasan jam puasa Ramadhan. Trik membagi porsi makan itu disampaikan dokter spesialis gizi klinik Fiastuti Witjaksono.

Rasa lapar, haus dan lesu mungkin hadir di awak-awal puasa Ramadhan hingga hari ketiga, ujar dosen di Departemen Ilmu Gizi FK UI itu. Sebagian orang yang berpuasa juga kerap merasa seperti kurang bertenaga atau mungkin daya tahan tubuh bisa turun.

Hal di atas bisa terjadi karena perubahan pola makan serta asupan yang kurang baik saat Ramadhan.

"Mungkin karena perubahan pola makan karena sahur malas-malasan, enggak makan sayuran, buah, minum susu akibatnya konstipasi karena jumlah makanan yang masuk lebih sedikit atau jenisnya kurang, pasti buang air menjadi susah," tutur Fiastuti mengutip Antara.

Maka dari itu, saat sahur konsumsi sekitar 40 persen dari total kalori per hari yakni melalui makan besar 30 persen. Lalu, ditambah asupan camilan sembari menunggu waktu Imsak sekitar 10 persen dan minum air dua gelas.

"Tidak hanya air juga bisa susu sebagai amunisi menjalankan puasa Ramadhan sampai jam 18.00 atau kurang lebih selama 14 jam," katanya.

3 dari 4 halaman

Makan Lebih Banyak Saat Buka Puasa

Saat berbuka puasa, santap makanan lebih banyak dari sahut atau sekitar 60 persen. Berbukalah dengan makanan manis sekitar 15 persen. Lalu lakukan shalat magrib dilanjutkan dengan makan makanan lengkap sebanyak 30 persen.

Hal ini dilakukan agar saluran cerna yang selama 14 jam tidak terisi makanan dapat beradaptasi.

"Menerima dulu makanan 15 persen (makanan manis) baru lanjut makanan lengkap, nanti minum sampai tidur sekitar 4 gelas. Pulang tarawih bisa ditambah makanan kecil 15 persen," tutur Fiastuti.

Bagaimana dengan gorengan? 

Ahli Gizi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Lailatul Muniroh mengingatkan cara mengkonsumsi gorengan yang aman dan sehat saat berbuka puasa.

Menurutnya makanan tersebut perlu diperhatikan rentang waktu dan jumlah konsumsinya. Lantaran hal yang dibutuhkan tubuh saat berbuka puasa adalah minuman untuk menghidrasi dan karbohidrat sederhana untuk meningkatkan kadar glukosa tubuh.

“Gorengan dapat dikonsumsi setelahnya, dalam jumlah tidak berlebihan, cukup satu sampai dua saja, dan itupun tidak setiap hari,” ujarnya ditulis Jumat (15/4).

4 dari 4 halaman

Jangan Lupa Buah

Berikutnya, Lail menyarankan ada baiknya mengkonsumsi sayuran dan buah yang berserat tinggi. Agar dapat menghambat penyerapan lemak.

Apalagi pada gorengan yang bertepung, sambungnya, karena tepung bersifat menyerap minyak. Artinya cenderung mengandung banyak lemak.

Di samping itu kebutuhan lemak pada tubuh lebih banyak dibandingkan protein. “Sekitar 20-30 persen dari total kalori kebutuhan kita berasal dari lemak,” ungkapnya.

Namun, yang dibutuhkan oleh tubuh adalah lemak yang baik. Misalnya yang berasal dari omega 3 dan omega 6. Lail pun menyebut beberapa contoh makanan yang mengandung lemak baik.

“Seperti halnya ikan salmon, tuna, alpukat, kacang-kacangan, minyak zaitun, telur, keju, dan yoghurt. Selama dikonsumsi sesuai kebutuhan, maka akan berdampak baik untuk kesehatan,” imbuhnya.

Selanjutnya, dosen yang hobi kuliner itu juga menegaskan jika terlalu sering mengkonsumsi gorengan dapat membahayakan kesehatan. Terlebih jika kualitas minyaknya sudah terpakai berulang kali sehingga warnanya coklat kehitaman.

Pada prosesnya pemakaian minyak yang berulang atau minyak jelantah. Lemaknya akan berubah menjadi lemak trans dari lemak jenuh. Proses tersebut mengubah struktur kimia lemak, sehingga lebih sulit dicerna.

“Minyak juga mengalami oksidasi dan membentuk radikal bebas yang dapat meningkatkan risiko penyakit seperti jantung, stroke, kanker, diabetes mellitus tipe dua, serta obesitas,” paparnya.

Selanjutnya, Kepala Program Studi Gizi Unair itu juga menyarankan untuk makanan yang digoreng sebaiknya tidak terlalu sering dan dibatasi porsinya. “Minyak yang digunakan sebaiknya minyak yang baru, setidaknya baru digunakan satu kali untuk menggoreng,” ujarnya.