Sukses

Bela Hak Umat Kristen, Palestina Kecam Kebijakan Israel di Gereja Makam Kudus

Palestina membela kelompok Kristen di tengah pembatasan di Gereja Makam Kudus yang dilakukan Israel.

Liputan6.com, Yerusalem - Pihak Palestina memberikan dukungan kepada umat Kristen di Gereja Makam Kudus (Holy Sepluchre) di Yerusalem akibat ada pembatasan yang dilaksanakan otoritas Israel. Pembatasan itu terjadi ketika warga Kristen harus memperingati hari Api Suci (Holy Fire). 

"Kedutaan Besar Negara Palestina di Indonesia mengutuk dengan keras serangan brutal yang dilakukan oleh otoritas penjajah terhadap Gereja Makam Suci dan jamaah yang sedang berdoa, termasuk pembatasan yang diberlakukan untuk mencegah kedatangan sejumlah besar dari mereka untuk berdoa di gereja, serta sekat-sekat dan penyerangan terhadap kesucian gereja dan penodaannya dengan senjata-senjata sebagai bentuk provokasi terang-terangan kepada umat Kristinani," tulis pernyataan Kedubes Palestina di Indonesia, Kamis (28/4/2022).

Pihak Palestina melihat aksi Israel sebagai upaya Israelisasi dan Yudaisasi (Yahudisasi) dari wilayah Yerusalem. Tindakan Israel kepada umat Kristen di Yerusalem dianggap memicu kebencian dan rasisme.

Sebelumnya, The Times of Israel turut mengkonfirmasi adanya pembatasan yang dilakukan aparat Israel di Gereja Makam Kudus. Ada pula tindakan fisik terhadap sejumlah warga Kristen. Namun, ribuan umat Kristen tetap memperingati Holy Fire.

Palestina pun meminta komunitas internasional untuk menuntut Israel supaya menyetop perbatasan akses ke warga Kristen yang ingin ke gereja. 

"Kedutaan Besar Negara Palestina di Indonesia menganggap pemerintah Israel bertanggung jawab penuh atas agresi terhadap Gereja Makam Kudus dan umat Kristen, dan menuntut tanggung jawab masyarakat internasional untuk menekan negara penjajah untuk menghentikan serangannya di Yerusalem dan situs-situs suci Kristen dan Islam," jelas pihak Palestina

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Yordania Ikut Mengecam

Kerajaan Yordania juga sempat mengutuk kebijakan otoritas Israel karena membatasi akses ke Gereja Makam Kudus ketika warga Kristen perlu memperingati Holy Fire pada pekan lalu. 

"Semua kebijakan-kebijakan Israel bertujuan membatasi hak warga Kristen terhadap akses bebas dan tak terbatas ke Gereja Makam Suci untuk melakukan ibadah-ibadah agama mereka, termasuk dengan membatasi jumlah jamaah, adalah (kebijakan) yang ditolak dan dikutuk," ujar pihak Kementerian Luar Negeri Yordania, dikutip The Times of Israel.

Pihak Israel disebut melakukan pembatasan karena tak ingin mengulang tragedi tahun lalu ketika ada insiden kegaduhan yang menyebabkan 45 orang meninggal saat menghadiri acara di Mount Meron. Namun, para pemimpin gereja menolak pembatasan karena dianggap melanggar kebebasan beragama. 

The Times of Israel juga menyebut bahwa wilayah Gereja Makam Suci diatur oleh "status quo" dan adanya gangguan minor bisa memicu kerusuhan, termasuk antara biarawan dari denominasi yang berbeda. 

Kecaman keras dari pihak Yordania turut dinilai sebagai hal yang langka, meski lebih ke sekadar simbolis.

3 dari 4 halaman

Yahudisasi di Yerusalem

Kedutaan Besar Palestina di Jakarta sempat menjelaskan peran Zionis ekstrimis pada kerusuhan yang terjadi di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem pada pekan lalu. Kerusuhan mengakibatkan ratusan orang luka-luka, mayoritas berasal dari pihak Palestina. 

Salah satu faktor pemicu kerusuhan adalah kelompok Yahudi ekstremis yang ingin melakukan sembelih hewan ternak di Temple Mount. Tindakan itu ditolak oleh pihak Palestina karena area Temple Mount tak boleh digunakan untuk sembelih.

Menurut laporan DW.com, hal itu sebetulnya tak diizinkan oleh otoritas Israel, sementara The Times of Israel juga menyebut bahwa otoritas keagamaan di Tembok Barat tidak merestui tindakan tersebut.

Kedubes Palestina di Jakarta lantas mengecam tindakan orang-orang yang disebut sebagai Zionis ekstrimis. Pihak kedubes juga menuduh pemerintah Israel mendukung aksi para ekstrimis tersebut. 

"Israel mengizinkan pemukim Zionis ekstremis untuk mencoba dan mengubah status quo di Masjid Al-Aqsa dan Yerusalem Timur. Para ekstrimis itu memiliki dukungan penuh dari pemerintah aparteid Israel dan pasukan militer dan aparat keamanannya," tulis keterangan resmi Kedubes Palestina, dikutip Senin (18/4). 

Pihak Kedubes Palestina menyebut ada upaya "Yahudisasi" di Yerusalem. Agresi Israel disebut berusaha mengambil alih lokasi-lokasi suci milik umat Islam dan Kristen, baik itu di Yerusalem, Hebron, Nablus, dan sebagainya.

Kelompok Zionis ekstrimis itu dituduh ingin menggusur Masjid Al-Aqsa dan menggantinya menjadi lokasi "kuil Yahudi".

"Palestina menganggap eskalasi berbahaya ini sebagai sebuah provokasi terang-terangan terhadap sentimen seluruh Ummat dan pelanggaran mencolok dari resolusi-resolusi internasional," tulis pihak Kedubes Palestina.

4 dari 4 halaman

MUI Kutuk Penyerangan Aparat Israel ke Masjid Al Aqsa

Majelis Ulama Indonesia (MUI) ikut mengutuk keras tindakan kekerasan dan penyerangan yang dilakukan oleh aparat Israel terhadap jemaah muslim yang melaksanakan ibadah di Masjid Al Aqsa pada Jumat, 15 April 2022 kemarin.

Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim menyatakan, penyerangan terhadap umat muslim Palestina di Masjid Al Aqsa saat sedang beribadah itu menunjukkan bahwa Israel memang dikuasai para penjahat kemanusiaan.

“Tindakan ini semakin meyakinkan kita semua bahwa negara ini memang dipimpin oleh para penjahat kemanusiaan dan tidak beradab. Hanya penjahat lah yang melakukan tindakan-tindakan seperti itu karena mereka memang tidak memiliki akal sehat dan nurani,” ujar Sudarnoto melalui pernyataan tertulis di Jakarta, Sabtu (16/4).

Seperti yang dilakukan pada penghujung Ramadhan tahun lalu, Sudarnoto mengatakan, aparat Zionis Israel telah menista dan menghina Masjid Al Aqsa yang seharusnya dilindungi.

“Aparat Zionis Israel merusak suasana keagamaan, melakukan tindakan kekerasan kepada umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah dan sekaligus merusak, menginjak-injak dan menghancurkan kemanusiaan,” kata Sudarnoto.

Guru besar sejarah kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengatakan, semua tindakan kejahatan yang dilakukan Israel tidak bisa diterima oleh akal sehat dan nurani. Tindakan tersebut bertentangan dengan ajaran agama apa pun dan melanggar hukum, termasuk hukum internasional.

“Umat Islam Indonesia khususnya mengutuk tindakan brutal aparat Israel ini,” kata Sudarnoto, seperti dikutip dari Antara.