Sukses

Tata Cara Puasa Syawal 6 Hari dan Keutamaannya

Berikut tata cara puasa Syawal selama enam hari dan keutamaannya

Liputan6.com, Jakarta - Bagi sebagian masyarakat, usai menunaikan puasa Ramadhan, mereka juga melaksanakan puasa Syawal yang berlangsung selama enam hari.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim).

Meski ini adalah puasa sunah, namun kita sangat dianjurkan untuk mengamalkannya. Ini karena keutamaannya yang besar dan juga untuk menunjukkan bahwa puasa seorang muslim tidak sebatas di bulan Ramadan, melainkan terus diamalkan di luar Ramadan melalui puasa-puasa sunah.

Niat Puasa Syawal 6 Hari

Untuk memantapkan hati dalam menjalankan setiap ibadah, dianjurkan bagi setiap umat muslim untuk melafalkan niat. Begitu juga ketika hendak menjalankan puasa syawal, dianjurkan untuk membaca niat puasa syawal 6 hari.

"Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ. (Aku berniat puasa sunah Syawal esok hari karena Allah SWT)

Niat Puasa Syawal 6 Hari di Pagi Hari

Ketika Anda tiba-tiba ingin mengamalkan puasa syawal di pagi hari, masih bisa melafalkan niat puasa syawal 6 hari sejak Anda berkehendak untuk berpuasa sunah.

Selama Anda belum makan, minum, dan melakukan hal-hal lainnya yang dapat membatalkan puasa sejak waktu subuh, maka masih diperbolehkan untuk berpuasa dan berniat puasa sunah. Berikut adalah bacaan niat puasa syawal 6 hari di siang hari.

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ. "(Aku berniat puasa sunah Syawal hari ini karena Allah SWT)"

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Keutamaan Puasa Syawal

Berikut keutamaan-keutamaan puasa Syawal yang dikutip dari Merdeka.

Menggenapkan Ganjaran Berpuasa Setahun Penuh

Rasulullah SAW bersabda.

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim).

Menutup Kekurangan dan Menyempurnakan Ibadah Wajib

Sebagaimana salat sunnah rawatib yang menyempurnakan kekurangan ibadah salat wajib, puasa syawal juga akan menyempurnakan kekurangan yang ada pada puasa wajib di bulan Ramadan. Amalan sunnah seperti puasa syawal nantinya akan berguna untuk menyempurnakan puasa Ramadan, yang seringkali ada kekurangan di dalamnya.

Menjadi Tanda Diterimanya Amalan Puasa Ramadan

Jika Allah SWT menerima amal puasa Ramadan seseorang, maka Dia akan tunjuki untuk melakukan amalan sholih lainnya, di antaranya adalah puasa 6 hari di bulan Syawal. Hal ini diambil dari perkataan sebagian salaf,

 

 

3 dari 4 halaman

Ibadah Kontinu

“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”

Ibnu Rajab menjelaskan hal di atas dengan perkataan salaf lainnya, ”Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan lalu malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan.”

Menjadi Penanda bahwa Ibadahnya Kontinu

Amalan yang dilakukan seseorang di bulan Ramadan seharusnya tidak berhenti setelah Ramadan berakhir. Amalan tersebut seharusnya terus diamalkan sepanjang hidupnya dan terus mengalami perkembangan.

Karena ada sebagian orang yang begitu rajin beribadah hanya di bulan Ramadan saja, lantas dikatakan kepada mereka,

“Sejelek-jelek orang adalah yang hanya rajin ibadah di bulan Ramadhan saja. Sesungguhnya orang yang sholih adalah orang yang rajin ibadah dan rajin shalat malam sepanjang tahun”.

 

4 dari 4 halaman

6 Hari Berturut-turut

Berkaitan dengan tata cara apakah puasa syawal 6 hari harus dikerjakan secara berurutan atau tidak, Imam Nawawi  mengatakan, "Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhol (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadan."

Oleh karena itu, seseorang boleh saja jika ingin berpuasa tiga hari, empat hari, lima hari, misalnya, setelah Idul ftri, baik secara berturut-turut ataupun tidak, karena puasa sunnah ini ada kelonggaran. Namun, apabila seseorang berpuasa syawal hingga keluar waktu (bulan Syawal) karena bermalas-malasan maka dia tidak akan mendapatkan ganjaran puasa syawal.

Apabila seseorang memiliki halangan untuk berpuasa seperti sakit, dalam keadaan nifas, atau musafir, sehingga tidak berpuasa syawal 6 hari, maka diperolehkan untuk mengqodho’ (mengganti) puasa syawal di bulan Dzulqo’dah.