Sukses

Begini Pelayanan Konsumsi dan Kesehatan Saat Puncak Ibadah Haji 2022

PPIH memastikan, makanan yang disajikan saat puncak ibadah haji di Arafah hingga Mina memiliki cita rasa khas masakan Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Jemaah calon haji Indonesia tak perlu khawatir soal makanan selama puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Sebab Kementerian Agama (Kemenag) menggandeng chef dari Tanah Air yang mengawasi katering yang disediakan penyedia layanan maktab.

Hal ini disampaikan Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Arsad Hidayat di ruang Media Center Haji (MCH) Daker Makkah, Minggu (26/6/2022).

"Kita sudah kontrak dengan penyedia layanan maktab ya, dan mereka juga sudah memberikan kesempatan baik kepada kita atau mereka sendiri untuk melakukan semacam monitoring bersama terhadap pelayanan yang diberikan. Di samping itu dari PPIH Arab Saudi juga sudah menyiapkan skenario untuk pelatihan juru masak yang nantinya akan memberi layanan saat di Armuzna," tuturnya.

Dia berharap, dengan adanya pelatihan untuk para chef tersebut, makanan yang disajikan kepada jemaah haji baik di Arafah dan Mina nantinya memiliki selera Indonesia.

"Ini jadi salah satu keluhan di tahun sebelumnya bahwa masakan Arafah ini rasanya katanya enggak jelas atau gimana. Nah kita ada chef, mereka tenaga profesional yang kita rekrut dari Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, kemudian ada juga ikatan chef Indonesia," kata dia.

Arsad mengatakan, untuk pelayanan kesehatan, pihak muasasah menyebutkan bahwa mereka akan menyiapakan di setiap maktab itu 2 bed beserta kelengkapannya, baik lemari atau kulkas untuk menyimpan obat-obatan dan lainnya.

 

2 dari 2 halaman

Indonesia Punya Klinik Haji di Arafah

Kemenag pada tahun sebelumnya juga telah membuat Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Arafah. Klinik tersebut dilengkapi peralatan dan didukung ambulans yang memadai, serta tenaga kesehatan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

"Jadi intinya lebih kuat lah ya kalau melihat ada tambahan tiap maktab, nanti kita akan coba berdayakan kumpulan dari para TKHI yang ada di kloter kita satukan, mungkin 4 atau 5 kloter untuk melakukan pelayanan kesehatan di masing-masing maktab," ujarnya.

"Jadi ada klinik satelit yang mudah-mudahan membantu jemaah tidak harus setiap ada keluhan kesehatan gangguan kesehatan harus diantar ke KKHI misi haji," sambungnya.