Liputan6.com, Jakarta Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menegaskan, hanya ada tiga tas berisi barang bawaan yang diperbolehkan dibawa jemaah haji ketika terbang ke Tanah Air.
Tiga tas tersebut adalah satu tas koper maksimal beratnya 32 kg, satu hand bag atau tas tangan dengan berat 7 kg, dan satu tas paspor.
"Saya kira itu saja yang disepakat dengan pihak maskapai, makanya ini yang selalu kita ingatkan ke jemaah ketika di hotel jelang kepulangan di Tanah Air. Tapi lagi-lagi ada sebagian jemaah masih coba coba, kebetulan mungkin sebagian ada yang lolos, success story ini yang nantinya disampaikan ke jemaah yang belum pulang," ujar Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Arsad Hidayat, Selasa, 2 Agustus 2022.
Advertisement
Baca Juga
"Ketika jemaah belum pulang tahu ada yang lolos, kemudian mencoba ternyata ketahuan, kemudian terjadi permasalahan permasalahan di bandara. Saya kira ketentuan-ketentuannya masih seperti itu. Jadi satu tas koper, handbag, dan tas paspor. Tidak boleh ada yang lain," sambung dia.
Arsad mempersilakan jemaah haji untuk membeli oleh-oleh yang diinginkan selama di Tanah Suci, seperti karpet dan lainnya. Jasa pengiriman barang pun tersedia dan siap di depan hotel masing masing jemaah.
Dia menerangkan, mengenai kantong kecil yang dibawa jemaah dan dulunya diisi oleh masker dan alat kesehatan saat terbang ke Arab Saudi, tetap tidak boleh dibawa pulang dan disi dengan barang bawaan.
Walaupun didapat dari Tanah Air bukan berarti bisa dipakai saat pulang ke Indonesia. "Bukan berarti itu boleh saat pulang dibawa kemudian diisi barang barang yang lain, tetap ketentuannya, satu tas koper, hand bag, paspor, tidak ada yang lain. Dan itu pasti kena razia, kena sweeping petugas dari maskapai dan kita juga tidak inginkan di bandara ada insiden permasalahan gara-gara hal itu," kata Arsad.
Arsad mengatakan, pihaknya sudah menyosialisasikan ke jemaah mengenai barang apa saja yang boleh dibawa ke Tanah Air dengan penerbangan. Sosialisasi dilakukan dari pihak Kantor Daker, Sektor, hingga ketua kloter. Sosialisasi bahkan dilakukan melalui video.
"Bukan apa apa, saya kira pihak maskapai sudah mempertimbangkan kaitan dengan masalah kaitan keselamatan penerbangan. Dan di Madinah ini cuaca masih panas, saya dapat info sampai 46 derajat. Dan beberapa penerbangan khususnya yang terbang saat siang hari, bahkan ada sebagian koper itu, karena untuk keselamatan dikurangi diterbangkan oleh maskapai setelahnya. Inipun dalam rangka keselamatan, maka prioritas kita tetap masalah keselamatan penerbangan," tandas Arsad.
23 Jemaah Haji Indonesa Dirawat di RS Arab Saudi
Sementara itu, Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) menyatakan, jemaah yang masih dirawat di rumah sakit (RS) Arab Saudi di Makkah ada 23 orang.
Selain itu, ada 10 jemaah haji Indonesia yang dirawat di KKHI Makkah.
"Jadi kondisi saat ini di RS di Makkah ada 23 jemaah yang masih dirawat di rumah sakit Arab Saudi. Kemudian di Madinah ada 2 dan di Jeddah ada 2," ujar Kepala Seksi Kesehatan KKHI Daker Makkah Muhammad Imran di KKHI Makkah, Minggu, 31 Juli 2022.
Dia menjelaskan, jemaah yang masih dalam perawatan di antaranya adalah mereka yang terkena stroke dan operasi jantung. Jemaah tersebut saat ini masih menunggu masa pemulihan.
"Kita doakan mudah-mudahan mereka agar segera pulih dan sehat dan bisa kembali ke Tanah Air bersama kloter kloternya," kata Imran.
Sementara itu, jemaah haji yang dirawat di KKHI adalah mereka yang memiliki komorbid seperti diabetes dan hipertensi. Penyakit ini dimiliki sejak dari Tanah Air. Selain itu ada pula penyakit jantung.
"Kita harap pemulihannya bisa cepat sesuai dengan terapi yang diberikan dokter dokter di KKHI. Sehingga insyaallah dalam waktu dekat kita dorong ke Madinah untuk pulang ke Tanah Air," kata dia.
Advertisement
Jemaah Risiko Tinggi Capai 63 Persen
Imran menambahkan, jemaah risiko tinggi (risti) ada 63 persen. Mereka yang masuk golongan risti adalah jemaah dengan umur di atas 60 tahun, karena walaupun tanpa penyakit kemampuan adaptasi misalnya atas perubahan cuaca ekstrem berkurang.
Kemudian, ada jemaah haji Indonesia di bawah usia 60 tahun dengan komorbid.
"Kondisi kesehatan jemaah di Tanah Air bisa dikatakan terkontrol, tapi di Saudi ada perubahan dan aktivitas berat yang menyebabkan penyakitnya kambuh. Sudah kita antisipasi dengan pembinaan di Tanah Air dan melengkapi obat-obatan agar spaya pengobatan tidak putus kemudian koordinasi dengan Kemenag terkait aktivitas ibadah, keringanan supaya ibadah tetap sah," tandas Imran.