Sukses

Pilah-pilih Baju Adat Jelang HUT Kemerdekaan RI, Ini 12 Adab Berpakaian dalam Islam

Di antara berbagai tuntunan berbusana, adab berpakaian islami yang kerap digunakan mengacu pada kitab berjudul Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudzâharah wal Muwâzarah, karya Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad

Liputan6.com, Jakarta - Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia sebentar lagi tiba. Setelah dua tahun tak dirayakan, tahun ini HUT ke-77 Kemerdekaan RI bakal dilakukan terbuka.

HUT Kemerdekaan RI lazimnya diisi dengan berbagai kegiatan. Salah satunya yakni penggunaan baju adat dari berbagai daerah di Indonesia.

Pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat umum biasanya memilih baju adat yang tidak mesti dari suku atau daerahnya. Bisa saja, warga Banyumas, Jawa Tengah mengenakan baju adat suku Bugis, atau sebaliknya, warga Makassar mengenakan baju adat Jawa.

Soal pilihan baju adat ini, sebagai masyarakat muslim seyogyanya mampu memilah, baju adat yang sesuai dengan tuntunan syariah. Salah satunya yakni berkaitan dengan adab dan nilai kesopanan dalam pemilihan baju adat tersebut.

Di antara berbagai tuntunan berbusana, adab berpakaian dalam Islam yang kerap digunakan mengacu pada kitab berjudul Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudzâharah wal Muwâzarah, karya Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad.

Dalam salah satu bab di kitab ini, mengutip NU Online, Sayyid Abdullah menjelaskan kisi-kisi berkenaan dengan busana seorang muslim. Dengan kriteria dan adab berpakaian tersebut, harapannya seorang muslim tetap mengenakan baju adat sesuai dengan tuntunan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Adab Berpakaian dalam Islam

Sayyid Abdullah mengemukakan ada 12 adab berpakaian:

Pertama, hendaknya memulai segala urusan dengan membaca basmalah. Sebelum memulai berpakaian hendaklah membaca bismillâhirrahmânirrahîm terlebih dahulu.

Kedua, jika lupa mengucapkan basmalah di awal, maka ucapkanlah segera ketika ingat dengan membaca bismillâhi fi awwalihi wa âkhirihi (Dengan nama Allah pada awal dan akhirnya). Ini maksudnya kita tidak perlu mengulang dari awal cara kita berpakaian.

Keempat, mulailah dengan sisi kanan pada waktu mengenakan dan sisi kiri pada waktu melepas. Baju dan celana, termasuk gamis dan daster, dan sebagainya, memiliki sisi kanan dan kiri. Masukkanlah tangan kanan terlebih dahulu ke sisi kanan pakaian itu, baru kemudian tangan kiri menyusul.

Kelima, angkatlah sarung dan baju gamis sampai batas pertengahan batang kaki, atau tidak melampaui mata kaki. Ukuran panjang sarung atau baju gamis sebaiknya memang seperrti itu. Aturan ini juga berlaku untuk celana panjang. Jadi tidak harus celana cingkrang.

Keenam, bagi perempuan boleh memanjangkan pakaiannya hingga menyentuh tanah. Hal yang harus selalu diingat apabila bagian bawah pakaian perempuan seperti abaya atau celana panjang menyentuh tanah, maka hati-hati jika terkena najis.

Ketujuh, panjangkan lengan baju atau gamis sampai pada pergelangan tangan atau sampai ujung-ujung jari, dan jangan melampaui batas itu. Lengan baju supaya panjang dengan ketentuan seperti yang telah dijelaskan. Ini berlaku terutama untuk perempuan sebab terkait langsung dengan aurat.

3 dari 3 halaman

Adab Berpakaian 8-12

Kedelapan, jangan memiliki pakaian melebihi jumlah yang diperlukan. Di zaman sekarang banyak orang, terutama perempuan, memiliki pakaian yang jumlahnya jauh melebihi yang diperlukan karena berbagai alasan, seperti adanya pakaian seragam komunitas atau kepanitiaan tertentu.

Kesembilan, jangan memilih pakaian yang terlalu bagus dan juga jangan yang terlalu buruk, pilihlah yang pertengahan atau sedang-sedang saja.

Kesepuluh, jangan membuka aurat seluruhnya ataupun sebagian, kecuali ada perlu. Kita tidak mungkin berpakaian terus menerus sepanjang hari sebab ada saatnya kita harus membukanya seperti ketika hendak membuang hajat, periksa dokter atau lainnya. Hal terpenting dari hal ini adalah kita memiliki alasan yang benar untuk membuka aurat baik ketika sendirian atau ada orang lain.

Kesebelas, ketika ada keperluan untuk membukanya ucapkanlah bismillâhil ladzî lâilâha illâ huwa (Dengan nama Allah yang tiada tuhan kecuali Dia). Ucapan ini penting untuk selalu mengingat Allah subhanu wataála. agar terbentuk sikap hati-hati dan terhindar dari hal-hal yang dapat menjauhkan dari-Nya.

Kedua belas, setiap kali selesai mengenakan pakaian ucapkanlah alhamdulillâhil ladzî kasânî hâdzâ min ghairi haulin minnî walâ quwwatin (Segala puji Allah yang telah memberiku pakaian ini tanpa daya dan kekuatan dariku).

Jika ketika memulai berpakaian kita dianjurkan mengucapkan basmalah, maka ketika mengakhirinya kita mengucapkam hamdalah sebagai ungkapan syukur kita kepada Allah atas semua nikmat-Nya, khususnya berupa pakaian yang dengan itu kita dapat menutup aurat untuk memenuhi perintah-Nya.