Sukses

Strategi Kunci Khalid bin Walid Kalahkan Pasukan Besar Nabi Palsu dalam Perang Yamamah

Perang Yamamah terjadi pada Desember 632 M usai Nabi Muhammad SAW wafat. Pertempuran terjadi antara pasukan Khalifah Abu Bakar yang dimpimpin panglima perang Khalid bin Walid melawan Musailamah al-Kazzab atau Musailamah si pembohong, nabi palsu

Liputan6.com, Jakarta - Perang Yamamah terjadi pada Desember 632 M usai Nabi Muhammad SAW wafat. Pertempuran terjadi antara pasukan Khalifah Abu Bakar yang dimpimpin panglima perang Khalid bin Walid melawan Musailamah al-Kazzab atau Musailamah si pembohong, nabi palsu.

Syahdan, sepeninggal Rasulullah SAW, wafat, Abu Bakar memikul tanggung jawab sebagai Khalifah. Dia menghadapi tantangan yang sangat besar dan berbahaya, yaitu gelombang kemurtadan yang hendak menghancurkan agama yang baru berkembang ini.

Berita-berita tentang pembangkangan kaum-kaum dan suku-suku Di Jazirah Arab ini, dari waktu ke waktu semakin membahayakan. Dalam keadaan genting seperti ini, Abu Bakar sendiri maju untuk memimpin pasukan Islam. Tetapi para sahabat utama tidak sepakat dengan tindakan Abu Bakar ini. Semuanya sepakat untuk meminta Khalifah agar tetap tinggal di Madinah.

Sayyidina Ali terpaksa mengadang Abu Bakar dan memegang tali kekang kuda yang sedang di tungganginya untuk mencegah keberangkatannya bersama pasukannya menuju medan perang, sembari berkata,“Hendak kemana Engkau wahai Khalifah Rasulullah, akan kukatakan kepadamu apa yang pernah dikatakan Rasulullah di hari Uhud:

“Simpanlah pedangmu wahai Abu Bakar, jangan engkau cemaskan kami dengan dirimu!”

Di hadapan desakan dan suara bulat kaum muslimin, Khalifah terpaksa menerima untuk tetap tinggal di kota Madinah. Maka setelah itu, di bagilah tentara Islam menjadi sebelas kesatuan, dengan beban tugas tertentu. Sedang sebagai kepala dari keseluruhan pasukan tersebut, diangkatlah Khalid bin Walid.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Pasukan Islam Terdesak

Dan setelah menyerahkan bendera kepada masing-masing komandannya, Khalifah mengarahkan pandangan kepada Khalid bin Walid, sambil berkata: "Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, bahwa sebaik-baik hamba Allah dan kawan sepergaulan, ialah Khalid bin Walid, sebilah pedang diantara pedang Allah yang ditebaskan kepada orang-orang kafir dan munafik…!”

Khalid pun segera melaksanakan tugasnya dengan berpindah-pindah dari suatu tempat medan tempur ke pertempuran yang lain, dari suatu kemenangan ke kemenangan berikutnya.

Datanglah perintah dari Khalifah Abu Bakar, kepada panglima yang tak tertandingi ini, agar berangkat menuju Yamamah untuk memerangi Bani Hanifah bersama kabilah-kabilah yang telah bergabung dengan mereka yang terdiri dari gabungan aneka ragam tentara murtad yang paling berbahaya. Pasukan ini di pimpin oleh Musailamah al Kazzab.

Khalid bersama pasukannya mengambil posisi di dataran bukit-bukit pasir Yamamah, dan menyerahkan bendera perang kepada komandan-komandan pasukannya, sementara Musailamah menghadapinya dengan segala kecongkakan dan kedurhakaan bersama dengan pasukan tentaranya yang sangat banyak, seakan-akan tak akan habis-habisnya.

Dalam berbagai riwayat, Musailamah mampu menghimpun pasukan hingga 40 ribu orang. Sementara, pasukan muslim hanya berkekuatan 13 ribu orang.

Di tengah pertempuran yang berkecamuk amat dahsyat ini, Khalid melihat keunggulan musuh, ia lalu memacu kudanya ke suatu tempat tinggi yang terdekat, lalu ia melayangkan pandangannya ke seluruh medan tempur. Pandangan cepat yang diliputi ketajaman dan naluri perangnya, dengan cepat ia dapat mengetahui dan menyimpulkan titik kelemahan pasukannya.

 

3 dari 3 halaman

Bangkitkan Semangat Kelompok dan Kesukuan

Ia dapat merasakan, ada rasa tanggung jawab yang mulai melemah di kalangan parajuritnya di tengah serbuan-serbuan mendadak pasukan Musailamah. Maka diputuskanlah secepat kilat untuk memperkuat semangat tempur dan tanggung jawab pasukan muslimin itu.

Dipanggilnya komandan-komandan teras dan sayap, ditertibkannya posisi masing-masing di medan tempur, kemudian ia berteriak dengan suaranya yang mengesankan kemenangan:

“Tunjukkanlah kelebihanmu masing-masing…, akan kita lihat hari ini jasa setiap suku!,”kata Khalid, lantang.

Orang-orang Muhajirin maju dengan panji-panji perang mereka, dan orang-orang Anshor pun maju dengan panji-panji perang mereka, kemudian setiap kelompok suku dengan panji-panji tersendiri. Semangat juang pasukannya jadi bergelora lebih panas membakar, yang dipenuhi dengan kebulatan tekad, menang atau mati syahid.

Sedangkan Khalid terus menggemakan Takbir dan Tahlil, sambil memberikan komando kepada para komandan lapangannya. Dalam waktu singkat, berubahlah arah pertempuran, prajurit-prajurit pimpinan Musailamah mulai berguguran, laksana nyamuk yang meggelepar berjatuhan.

Khalid bin Walid berhasil menyalakan semangat keberaniannya seperti sengatan aliran listrik kepada setiap parajuritnya, itulah salah satu keistimewaannya dari sekian banyak keunggulannya.

Musailamah tewas bersama para prajuritnya, bergelimpangan memenuhi seluruh area medan pertempuran, dan terkuburlah selama-lamanya bendera yang menyerukan kebohongan dan kepalsuan.

Pertempuran ini sangat dahsyat. Sebanyak 13 ribu anggota pasukan musuh tewas. Sementara, sebanyak 1.200 anggota pasukan Islam menemui syahid dalam pertempuran ini.

(Sumber: sufiz.com:https://www.sufiz.com/kisah-mujahid/khalid-bin-walid-hidup-terpuji-mati-bahagia-bagian-ke-2-habis.html-)

Tim Rembulan