Sukses

Marak Dukun Berkedok Agama, Pengasuh Ponpes Tegalrejo Gus Yusuf Beri Peringatan Keras

Maraknya dukun berkedok kiai ini memicu keprihatinan kalangan pesantren. Salah satunya, pengasuh pengasuh Pesantren API Tegalrejo Magelang, Jawa Tengah KH Yusuf Chudlori yang akrab disapa Gus Yusuf

Liputan6.com, Magelang - Akhir-akhir ini topik dukun berkedok agama mengemuka setelah terjadinya perseteruan antara Pesulap Merah vs Gus Samsudin, alias Syamsudin Jaddab.

Bahkan, kasus yang sudah dilaporkan ke kepolisian ini akhirnya melebar ke mana-mana. Ini Setelah pendukung keduanya turut bersuara.

Praktik perdukunan sebenarnya bukan barang baru di Indonesia. Sebelum perseteruan antara Pesulap Merah dengan Gus Samsudin, sudah banyak konten-konten di media sosial yang menonjolkan kesaktian oleh si dukun.

Dalam praktiknya, seolah-olah si lakon berdoa dengan cara-cara Islami. Di sisi lain, ada penggunaan-penggunaan benda yang tak ada tuntunan syariatnya. Dampak pengobatan ala-ala itu pun seringkali di luar nalar.

Ada pula dukun berkedok ulama yang dengan beberapa cara mampu menarik paku dan benda tajam lain dari tubuh pasien. Konon, si pasien kena santet.

Maraknya dukun berkedok kiai ini memicu keprihatinan kalangan pesantren. Salah satunya, pengasuh pengasuh Pesantren API Tegalrejo Magelang, Jawa Tengah KH Yusuf Chudlori  yang akrab disapa Gus Yusuf.

Melalui video yang ditayangkan di akun medsosnya, dia mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah tergiur dengan praktik-praktik pengobatan alternatif berkedok agama.

Menurut Gus Yusuf, masyarakat harus berhati-hati agar tidak terjerumus dengan melihat apakah yang dipraktikkan dalam pengobatan tersebut sesuai dengan medis dan syariat agama Islam atau tidak.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Pengobatan yang Tak Boleh Bertentangan dengan Syariat

Gus Yusuf menjelaskan bahwa setiap penyakit yang diturunkan Allah SWT ke muka bumi ini pasti memiliki obat sebagai wasilah kesembuhan.

Obat yang diturunkan oleh Allah SWT ini melalui berbagai cara. Di antaranya secara medis (kedokteran), obat alternatif dan herbal, dan cara-cara lain. Semua itu diperbolehkan dengan syarat tidak bertentangan syariat.

Tidak diperbolehkan berobat dengan cara-cara tersebut namun masih meyakini hal-hal lain selain Allah swt yang menyembuhkannya. Semisal mempercayai makhluk lain atau obat yang digunakan sebagai satu-satunya yang menjadikannya sembuh dari penyakit.

“Itu jelas bertentangan dengan syariat. Karena itu menafikkan Allah yang memberikan kesembuhan,” katanya, dikutip NU Online.

Ia juga mengingatkan bahwa berobat dari penyakit adalah sebuah ikhtiar dalam mencari kesembuhan bukan malah mencari masalah baru. Ia mencontohkan dengan kondisi orang yang sakit kemudian berobat ke seseorang yang dianggap bisa menyembuhkan malah dibebani dengan hal-hal lain seperti sakitnya karena dibuat orang atau musuh.

“Ini akhirnya, sakitnya nggak sembuh, tambah lagi sakit secara pikiran (psikologis). Karena dia akan muncul suudzan-suudzan (buruk sangka),” tutur Gus Yusuf.

Karena itu, jika menemukan praktik dan kasus di mana orang yang dimintai bantuan berobat malah membebani pasien secara psikis, maka lebih baik untuk dihindari.

Tim Rembulan